Lihat ke Halaman Asli

Berandai-andai Tentang Bumi Tanpa Pohon di Masa Depan

Diperbarui: 24 Juni 2015   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1368360295380329837

Masih ingat cerita John F. Kennedy tentang marsekal Perancis yang bernama Lyaute?Suatu saat Lyaute menyuruh seorang tukang kebunnya untuk menanam pohon. Tetapi tukang kebun itu membantah. Ia mengatakan, “mengapa harus buru-buru, bukankah pohon itu akan tumbuh dewasa dalam seabad lebih?” Marsekal itupun menjawab. “Karena itu, jangan ditunda lagi. Segera tanamlah pohon itu!”

***

Lyaute hidup ratusan tahun lalu. Tetapi, ia sudah mempunyai kesadaran penuh akan manfaat pohon. Pohon memang penting. Bahkan sangat penting untuk keberadaan hidup manusia. Itu karena satu hal. Pohonlah satu-satunya benda di dunia ini yang bisa menghasilkan oksigen. Dan oksigen adalah unsur paling dasar dalam kehidupan manusia. Tanpa oksigen, manusia itu tiada.

Hebatnya, Lyaute mempunyai kesadaran tersebut bukan untuk kepentingan dirinya semata. Tapi juga anak cucunya yang kelak menikmatinya. Bahkan masa depan bumi pada umumnya. Keberadaan pohon adalah penjaga keseimbangan alam. Manfaatnya dalam bentuk hutan banyak sekali. Terutama sebagai paru-paru dunia.

Tetapi anehnya, luas hutan dunia semakin lama semakin berkurang. Sebagai contoh Indonesia. Menurut majalah Geo bulan Oktober 2011, Indonesia kehilangan 6850 km2 hutan setiap tahunnya. Jika hutan terus dibabat tanpa kendali, dalam waktu 137 tahun saja, Indonesia tidak akan mempunyai hutan lagi. Padahal itu baru di Indonesia, belum di Brazil, Australia, Rusia dan negara lainnya. Negara-negara dengan jumlah hutan terluas pun terus kehilangan areal hijaunya.

Penyebabnya pun beraneka ragam. Entah karena faktor alam ataupun kesengajaan manusia. Dan yang paling memprihatinkan adalah karena alasan komersial semata. Hutan dieksploitasi untuk kepentingan industri secara membabi buta. Ada yang dijadikan perkebunan sawit, ada yang dijadikan ladang sayur mayur, arena pertambangan dan lain sebagainya.

Hutan kina.

Bahkan ada yang membabat hutan untuk area perumahan. Alasannya, keperluan manusia akan perumahan semakin membludak. Jika dipikir masuk akal juga. Penduduk bumi kan semakin lama semakin bertambah. Menurut data Biro Sensus Amerika Serikat, pada tanggal 26 Februari 2006, penduduk dunia berjumlah 6,5 milyar jiwa. Saat ini jumlah penduduk dunia diperkirakan mencapai 7 milyar lebih.

Artinya, bumi yang luas daratannya hanya 149.557.000 Km2 akan semakin penuh. Asumsinya, akan banyak hutan yang dibabat untuk berbagai keperluan. Jadinya, luas hutan menjadi semakin sempit dan oksigen menjadi semakin sedikit. Populasi manusia yang semakin bertambah membutuhkan ruang lain yang lebih luas. Akibatnya, hutan jadi korban sehingga tidak terjaga keberadaannya.

Dan ini cukup mengkhawatirkan. Jangan-jangan nanti, kalau manusia tidak menjaga hutan lagi,oksigen akan menjadi langka. Bahkan menjadi barang ekonomi yang harganya mahal sekali. Orang-orang memakai masker oksigen dengan tabung di punggungnya. Kemudian akan banyak orang membawa jerigen mengantri oksigen untuk keberlangsungan hidupnya. Bisa saja terjadi, bukan?

Jadi ingat kapal selam mutakhir dalam cerita novel karya Jules Verne yang berjudul 60000 Mil di Bawah Laut. Novel itu bercerita tentang sebuah kapal canggih yang diisi para manusia yang lebih banyak menghabiskan hidupnya di dasar lautan. Selain berteknologi sangat tinggi, kapal itu pun penuh dengan harta karun yang tak ternilai harganya. Tetapi semua itu menjadi tanpa makna atau sia-sia, jika kekurangan satu hal saja, yaitu oksigen.

Kapal yang mirip kerja ikan paus itu harus muncul ke permukaan laut lepas untuk mengambil oksigen kemudian menyimpannya di dalamnya. Betapa penting keberadaan oksigen bagi kepentingan manusia di kapal itu. Mungkin seperti itulah bumi tanpa pohon ratusan, ribuan atau jutaan tahun ke depan. Manusia harus mengimpor oksigen entah darimana jika keberadaan oksigen di bumi semakin menipis saja.

Makanya tanamkanlah kesadaran untuk mencintai lingkungan terutama pohon sejak dini. Hal itu bisa dimulai kepada anak-anak di rumah. Orangtua sebaiknya mengajarkan anak untuk menabung pohon. Walau hanya satu pohon. Begitu pun di sekolah, pelajaran tentang lingkungan hendaknya masuk kurikulum pendidikan. Ada kegiatan ekstra kulikuler yang bertema cinta lingkungan juga. Jadinya, anak akan punya kesadaran untuk mencintai pohon dalam lingkup kecil, dan hutan dalam lingkup yang lebih luas.

Pemerintah daerah atau pusat pun sebaiknya memberi penghargaan kepada penduduk yang mempunyai banyak pohon di sekitar rumahnya. Penghargaannya bisa dalam berbagai bentuk. Dan tidak melulu berupa materi. Bisa berbentuk piagam atau pelayanan khusus jika mengurus surat-surat penting. Ada baiknya juga untuk menggiatkan program cinta hutan dan menabung pohon yang disosialisasikan lewat media-media yang akrab dengan masyarakat.

1368361793534406767

Halaman rumahku penuh dengan pohon.

Karena saat ini, kesadaran masyarakat akan keberadaan pohon itu begitu rendah. Penulis sendiri sering menemukan jika seseorang menanam pohon besar, kemudian daun-daunnya mengotori halaman tetangganya, tetangganya pasti berkeluh kesah. Alasannya menambah pekerjaan, karena daun-daun itu membuat pekerjaan baru yaitu menyapu. Tetapi orang tersebut hanya melihat sisi negatif saja tanpa melihat sisi positif dari keberadaan pohon tersebut. Padahal sebuah pohon bisa menyumbangkan udara segar sebanyak 1,2 kg setiap harinya. Dan itu bisa untuk memenuhi kebutuhan 2 orang akan oksigen setiap harinya.

Penulis sendiri punya pengalaman menarik dengan keberadaan pohon–pohon itu. Anak penulis mempunyai penyakit asma yang sering sekali kambuhnya sejak ia bayi. Ternyata lingkungan tempat tinggal kami tidaklah sehat. Rumah yang kami tempati terletak di pinggir jalan yang banyak menghasilkan debu. Ketika pindah ke rumah yang banyak pohonnya, sakit asma anakku jarang sekali kambuh. Itulah salah satu gunanya pohon, pemberi udara segar bagi kesehatan tubuh kita.

Mengingat pohon, jadi membayangkan kembali, bagaimana jadinya jika bumi tanpa pohon? Hm, tak akan ada kehidupan. Kiamat pastinya.

***

Referensi :

https://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk

http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/10/25/indonesia-kehilangan-hutan-6850-km2-per-tahun-2005-2010-498462.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline