Merupakan hal yang lumrah di jumpai di daerah Jawa dan sekitarnya apabila berpergian dari kota satu ke kota yang lain dengan menggunakan jalur darat. Keadaan yang ramai, pembangunan yang sangat maju membuat jalur darat menjadi alternatif yang membantu. Selain kereta api, mobil pribadi maupun angkutan umum seperti bus lintas kota pun dapat menjadi pilihan yang baik. Terlebih di arus mudik seperti sekarang ini, masyarakat tidak perlu terlalu memikirkan ongko pesawat ata kapal laut yang terhitung lebih berat di kantong.
Lantas bagaimana dengan kami yang berada di Pulau papua? Lebih khusus di Provinsi Papua Barat? Di sini, perjalana lintas kota dan kabupaten lebih cenderung hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pesawat atau kapal laut. ha ini menyebabkan kami masyaraat belum tentu dapat mengunjungi daerah lain di seputaran Provinsi Papua Barat. Mugnkin karena inilah pemerintah provinsi terdorong untuk membuat proyek Jalan Trans papua Barat yang mana sudah terealisasikan sebagian. Proyek yang direncanakan akan berjalan selama 5 tahun (2010-2015) dan memakan anggaran tiap tahunnya teritung 1,16 Triliun Rupiah. Kita tinggal kalikan saja berapa banyak dana yang akan di alokasikan pemerintah provinsi selama 5 tahun. Angka yang fantastic, bukan?
Lalu apakah manfaat yang di peroleh sebanding dengan biaya yang akan, bahkan sudah dikeluarkan? Seturut dengan fakta di lapangan, proyek pembangunan sudah mulai berjalan. Dimana jalan antar lintas Kabupaten Manokwari - Kota Sorong yang membentang sepanjang 568,8 km sudah diresmikan oleh Gubernur Papua Barat saat itu Abraham O. Atururui beserta rombongan dengan menggunakan puluhan mobil ranger dan juga rombongan pengamanan yang ketat. Perjalanan terhitung lebih dari 1 malam yang mengharuskan rombongan untuk menginap sebelum akhinya dapat menembus belantara hutan Papua yang berliku-liku dan terjal.
Dari uraian di atas, kita dapat membayangkan betapa bahayanya lintasan yang harus dilalui. Lalu apakah mungkin jalan tersebut digunakan oleh maasyarakat apabila dilihat dari resiko medan yang harus ditempuh. Padahal perjalanan Sorong - manokwari hanya memakan waktu 45 menit menggunakan pesawat terbang dengan dana kurang lebih 500-600 ribu rupiah. Atau kapal laut dengan biaya relatif lebih murah yakni 200-300 ribu rupiah selama kira-kira 8 jam perjalanan.
Selain itu juga, Jalan Trans Papua Barat merupakan ancaman besar bagi hutan karena dianggap sebagai pinttu surga bagi para penebang liar untuk melakukan ilegal logging karena dengan mudahnya menembus hutan-hutan di kawasan Papua yang memang kaya akan hasil kayu. Di samping itu, sudah berapa banyak pohon-pohon yang sudah di tebang untuk membangun jalan sepanjang 568,8 km (Sorong-Manokwari). Papua bukannya tidak butuh jalan lintas kota seperti halnya di Pulau Jawa atau Sumatera, namun merupakan kebijakan yang kurang bijaksana menurut saya dan belum merupakan kebutuhan yang mendesak apabila pemerintah merealisasikannya saat ini. Dimana kita lihat, Papua masih tertinggal di bidang Pendidikan dan Kesehatan yang sangat perlu untuk diperhatikan.
Dilain soal, proyek jalan tersebut menghasilkan kecurigaan KPK terhadap tindak pidana korupsi yang mungkin terjadi. Semakin bertambahlah kerugian yang dihasilkan. Bila perlu proyek jalan Trans Papua Barat dihentikan guna mencegah kerugian yang semakin mendalam dan mengguras anggaran belanja daerah lebih banyak lagi. Saya pun berharap pemerintah lebih menimbang dalam merealisakikan proyek-proyeknya agar tidak berakhir sia-sia dan semakin jayalah Pulau Papua dan dengan begitu semakin jaya lah pula Bangsa Indonesia!
Merdeka! Selamat HUT Bangsaku!
(Mohon maaf atas kesalahan dalam penulisan artikel di atas. Salam Kompasiana!)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H