Lihat ke Halaman Asli

Tantangan Anak Berkebutuhan Khusus dalam Menjalani Pendidikan Inklusi

Diperbarui: 26 September 2024   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TANTANGAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM MENJALANI PENDIDIKAN INKLUSI

    Pendidikan merupakan hak dasar setiap warga Negara Indonesia, tak terkecuali mereka yang berkebutuhan khusus. Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Peran pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan yang merata tentu sangat berpengaruh dan penting dalam pengembangan pendidikan. Selama ini Anak Berkebutuhan Khusus disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat dan jenis kekhususanya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB). Namun, Sekolah Luar Biasa (SLB) masih menjadi tembok pemisah bagi anak-anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak pada umumnya. Akibatnya anak berkebutuhan khusus menjadi kelompok yang tersingkirkan dalam interaksi sosialnya di masyarakat.

      Sekolah inklusi merupakan salah satu bentuk pemerataan dan bentuk perwujudan pendidikan tanpa diskriminasi dimana anak berkebutuhan khusus dan anak-anak pada umumnya dapat memperoleh pendidikan yang sama. Dalam pendidikan inklusi anak berkebutuhan khusus tidak mendapat perlakuan khusus ataupun hak-hak istimewa, melainkan persamaan hak dan kewajiban yang sama dengan peserta didik yang lainnya. Kerjasama dari berbagai pihak baik itu pemerintah, pihak sekolah dan masyarakat sangat berpengaruh dalam pelaksanaannya, karena sekolah inklusi merupakan tantangan baru bagi pihak sekolah dan masyarakat. Dengan pelaksanaan sekolah inklusi ini diharapkan mampu menciptakan generasi penerus yang dapat memahami dan menerima segala bentuk perbedaan dan tidak menciptakan diskriminasi dalam kehidupan masyarakat kedepanya.

      Anak-anak dengan kebutuhan khusus sering menghadapi beberapa tantangan dalam pendidikan inklusi. Beberapa di antaranya meliputi:

1. Kurangnya dukungan individual : Banyak sekolah tidak memiliki sumber daya atau staf yang cukup untuk memberikan perhatian khusus yang diperlukan.

2. Stigma dan Diskriminasi : Anak ABK sering kali menghadapi pandangan negatif dari teman sebaya bahkan guru, yang dapat menghambat interaksi sosial dan pembelajaran.

3. Kurangnya penyesuaian kurikulum: Kurikulum umum mungkin tidak terlalu cocok untuk kebutuhan belajar spesifik anak ABK, mungkin mereka merasa kesulitan mengikuti pelajaran.

4. Komunikasi dan Interaksi: Anak dengan keterbatasan komunikasi mungkin merasa terasing , sulit berpartisipasi dalam diskusi kelompok atau kegiatan kelas.

5. Persepsi Orang Tua dan Masyarakat: Seringkali, ada kurangnya pemahaman dari orang tua dan masyarakat tentang pentingnya pendidikan inklusi, yang dapat memengaruhi dukungan yang diterima anak.

6. Lingkungan Belajar: Fasilitas yang tidak ramah atau tidak aseksibel dapat menghambat kemampuan anak ABK untuk berpartisipasi secara aktif.

7. Keterampilan Sosial: Anak ABK mungkin memerlukan lebih banyak waktu dan dukungan untuk mengembangkan keterampilan sosial yang diperlukan untuk berinteraksi dengan teman sebaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline