Lihat ke Halaman Asli

Dewi hanifah

Saya Dewi Hanifah seorang mahasiswi di salah satu universitas swasta

Menemukan Makna Kebahagiaan Hidup dalam Banyak Duka

Diperbarui: 31 Desember 2020   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah setahun berselang kita berada dalam ketidak seimbangan hidup yang melewati ambang batas, telah banyak kehilangan, rasa sakit dan banyak duka lainnya yang belum selesai, masalah-masalah tak tertuntaskah menjadikan kita menggantung, tidak pasti akan bagaimana kita melanjutkan semua ini.

Tahun 2020 adalah tahun luar biasa bagi banyak perspektif manusia itu sendiri, bagaimana tidak! Kita seperti menaiki roll Coester berputar-putar hingga pusing dan muntah, melewati lika-liku rintangan seperti hidup penuh teka-teki yang belum tentu terjawab, dalam segala upaya kita harus terus berjuang untuk hidup ini mencari definisi makna hidup bahagia menurut manusia. Lalu apa yang bisa kita maknai dari kehidupan sepanjang tahun 2020 ini.

Yang kita tahu sejak awal tahun kita sudah mulai diresahkan dengan adanya pandemi Covid 19yang ternyata semakin lama semakin meluas hingga tersebar ke seluruh dunia, ini menjadi bencana di seluruh dunia sepanjang setahun ini, tiada henti-hentinya memakan korban hingga meninggal dunia, setiap hari angka-angka yang menghantui kita angka yang terkena positif, lalu angka yang meninggal angka inilah bagi sebagai orang jadi bayang-bayang menakutkan jika mereka terkena Covid 19, meski demikian angka sembuh tetap bisa jadi sedikit angin segar bahwa masih ada harapan sembuh untuk melanjutkan hidup. Dunia kita seakan mengajak setiap manusia untuk merubah segala bentuk kebiasaan buruk menjadi lebih mempelajari gaya hidup sehat dan memperhatikan kesehatan guna menghindarkan dari hal-hal yang tidak diinginkan dan melindungi orang-orang terdekat kita juga.

Ada makna dari segala yang terjadi , sepanjang satu tahun banyak perubah-perubahan mendasar mengenai gaya hidup yang berubah sebagai bentuk mawas diri untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diinginkan, sebagai pembelajaran untuk memulai kehidupan yang lebih baik lagi, lebih dari itu pandemi ini membuat kita mengintrospeksi diri apa saja yang sudah kita lakukan untuk diri ini, untuk orang-orang terdekat dan manfaat apa yang bisa kita berikan untuk banyak orang selama hidup pertanyaan mendasar ini sebagai bentuk introspeksi diri atas perbuatan kita dari situ kita

mencari jawaban, lalu apa ada yang harus kota ubah dan kita pertahankan? Tentunya semua itu kita lihat untuk menilai adakah makna hidup yang kita dapat rasakan selama ini.

Kita mulai saja dari hal-hal kecil mulai dengan bersyukur, bersyukur bahwa hari ini kita masih bisa membuka mata, mendengar, berbicara, bergerak karena itu bisa menjadi sumber tenaga untuk kita memulai segala aktivitas, yang membuat kita bisa memberikan manfaat untuk sekitar kita, dan sebagai proses kita mencari kebahagiaan. Standar kebahagiaan yang kita inginkan tentunya berbeda dengan orang lain. Tapi di tengah banyaknya permasalahan ditahun ini realita bahwa ada banyak orang putus asa hingga merasa kebahagiaannya direnggut dengan duka yang berbeda-beda. Dari sini kita harus bertanya ke diri kita sendiri definisi kebahagiaan itu sebenarnya apa?

Kebahagiaan sejatinya untuk saya adalah telah mampu menemukan makna dari kehidupan yang dijalani sehingga mampu menentukan hal-hal yang menjadi prioritas hidup terutama untuk tujuan jangka panjang.

Kebahagiaan kita miliki bukan hanya bersembur dari apa yang kita dapatkan, apa yang kita hasilkan bisa jadi ada kebahagiaan kita yang bersumber dari orang lain. Dari hal-hal kecil tapi untuk orang lain itu bernilai besar, ada makna mendalam bagi mereka. Misalkan dimasa pandemi ada banyak orang yang kehilangan keluarganya, pekerjaannya dan tidak pasti hidupnya ketika kita berbagi untuk mereka yang membutuhkan terutama dimasa-masa sulit sekarang, itu akan membuat mereka lebih baik di tengah ketidakpastian hidup akibat duka kehilangan setidaknya ada harapan untuk mereka bertahan hidup.

Hal seperti itu memang seharusnya tidak dilakukan hanya saat masa pandemi seperti sekarang tapi seharusnya kita lakukan terus menerus baik sebelum masa pandemi maupun setelah masa pandemi, memang saat seperti ini kita benar-benar belajar untuk bisa saling memberi dalam bentuk apapun bisa dimulai dari hal sederhana memberi waktu kita kepada keluarga sendiri yang selama ini tanpa disadari kita terlalu sibuk sehingga kadang kehidupan dengan keluarga sendiri seperti terasa asing.

Selain itu berbagi cerita lika-liku dan makna hidup kita kepada orang-orang terdekat untuk memberi semangat sekaligus menjaga komunikasi melalui daring karena pada saat kita dibatasi untuk berkumpul sehingga waktu kita bertemupun sangat minim hal ini guna menghindari penularan Covid 19.

Diluar konteks hubungan dengan orang-orang terdekat ada orang-orang yang membutuhkan kita, menarik rasa simpati kita untuk menyantuni mereka sebagai bentuk rasa syukur kita juga atas apa yang kita punya dari tuhan karena tanpa sadar harta yang kita punya ada rezeki orang lain juga yang harus kita bagi, moment ini yang sebenarnya jadi pengingat untuk diri kita sendiri sebagai manusia bukan hanya melihat tentang orang-orang hebat dengan segala prestasi dan pencapaian hebat yang menyebabkan kita merasa termotivasi, tetapi diluar itu kita juga perlu melihat ke sisi lain bahwa masih ada orang-orang yang berjuang lebih keras atas hidupnya dengan segala keterbatasannya mereka membutuhkan kita juga untuk membuat mereka bisa terus semangat melanjutkan perjuangannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline