Lihat ke Halaman Asli

Dewi Fitriyanti S

Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UMY

Sering Hanya Dilewati, Ini Keistimewaan Gedung AR Fachruddin UMY yang Jarang Diketahui

Diperbarui: 14 Maret 2022   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung Kembar AR Fachruddin A dan B (sumber: https://suaramuhammadiyah.id)

Sebagai mahasiswa akhir, saya sering merasa melankolis setiap kali mengunjungi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), tempat saya menuntut ilmu. Hal ini karena saya merasa belum siap untuk meninggalkan Yogyakarta jika masa perkuliahan telah selesai. Saat ini saya hanya sesekali ke kampus untuk melakukan bimbingan skripsi. Ketika mengunjungi UMY melalui gerbang utama, gedung yang pertama kali terlihat adalah gedung kembar AR Fachruddin A dan B. Saya selalu suka melihat gedung AR Fachruddin saat senja. Dua bangunan kembar yang kokoh berdiri dengan langit jingga disore hari sebagai latarnya selalu berhasil membuat saya terpesona.

Gedung AR Fachruddin merupakan salah satu gedung perkuliahan yang berkesan bagi saya. Beberapa waktu lalu, sebelum pandemi COVID-19 melanda, saya pernah belajar di gedung AR Fachruddin. Fasilitas yang memadai seperti lift, AC, proyektor, serta ruangan yang luas dan rapi membuat kegiatan belajar menjadi nyaman. Pemandangan indah berupa area kampus dan gunung Merapi dapat dinikmati melalui lantai 4 gedung AR Fachruddin. Mahasiswa dapat menikmati pemandangan tersebut sebelum dosen datang atau setelah jam perkuliahan selesai.

Selain berkesan sebagai gedung kuliah, bagi saya gedung AR Fachruddin juga berkesan karena sejarahnya. Melalui gedung AR Fachruddin, kita dapat belajar untuk mentadabburi ayat Al-Qur'an. Seperti yang dimuat dalam postingan salah satu akun dakwah bernama @quranreview diinstagram bahwa terdapat sebuah ayat di gedung AR Fachruddin. AR Fachruddin sendiri merupakan salah satu tokoh pemimpin organisasi Muhammadiyah. Beliau memimpin setelah KH Ahmad Dahlan wafat. 

AR Fachruddin (sumber: https://alif.id)

Ada salah satu kisah manis mengenai AR Fachruddin. Suatu ketika, AR Fachruddin sedang berkunjung di daerah Jawa Timur pada bulan puasa Ramadan. Beliau diminta untuk mengisi kultum sebelum salat tarawih di masjid Nahdlatul Ulama (NU). Para jamaah yang hadir terkesima dan kagum dengan alim'nya beliau sehingga beliau juga diminta untuk sekalian menjadi imam shalat tarawih.

Perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan pada pelaksanaan salat tarawih antara NU dan Muhammadiyah. Perbedaan tersebut terletak pada jumlah rakaatnya. Jumlah rakaat salat tarawih pada NU adalah 23 rakaat, sedangkan pada Muhammadiyah berjumlah 11 rakaat. Ketika AR Fachruddin diminta untuk menjadi imam salat tarawih, beliau bertanya lebih dulu kepada para jamaah, "Bapak-ibu sekalian, biasanya salatnya 11 rakaat atau 23 rakaat nggih?". Para jamaah dengan kompak menjawab "Dua puluh tiga rakaat". Kemudian AR Fachruddinpun mulai memimpin salat tarawih.

Terjadi perbedaan waktu selesai shalat tarawih di masjid NU yang diimami oleh AR Fachruddin. Jika biasanya salat tarawih sebanyak 23 rakaat di masjid tersebut sudah selesai pukul 20.00, ketika AR Fachruddin menjadi imam, pukul 20.30 baru selesai 8 rakaat. Kemudian beliau bertanya lagi kepada para jamaah, "Bapak-ibu sekalian, apakah mau dilanjut 23 rakaat atau langsung witir saja?". Para jamaah dengan kompak dan lantang menjawab, "Witiiiir". Semua jamaahpun bersedia melakukan salat tarawih sebanyak 8 rakaat. Gus Dur, presiden ke-3 Indonesia bahkan mengatakan "Cuma pak AR yang bisa bikin warga NU salat tarawihnya diskon 60%."

Hal yang dilakukan AR Fachruddin tersebut adalah salah satu bentuk dakwah dengan hikmah. Metode dakwah dengan hikmah adalah menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik sehingga tidak menyakiti orang yang didakwahi. Kadang cara yang digunakan untuk menyampaikan kebaikan kurang tepat,  sehingga tidak jarang orang yang diseru pada kebaikan justru menjauh. Maka dari itu, metode dakwah dengan hikmah perlu diterapkan. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalam surah An-Nahl ayat 125 berikut:

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl ayat 125)

Gedung kembar AR Fachruddin adalah salah satu gedung yang paling berkesan dalam masa perkuliahan saya. Selain karena fasilitas yang memadai, gedung AR Fachruddin juga dapat membuat orang yang melihatnya diingatkan kembali untuk meneladani metode dakwah AR Fachruddin. Itulah keistimewaan gedung AR Fachruddin yang ada di UMY. AR Fachruddin pernah mengatakan, "Memimpinlah dengan senyuman". Generasi muda hendaknya meneladani pendekatan beliau yang berdakwah menggunakan metode hikmah melalui pendekatan personal sehingga dapat membuat objek dakwah merasa nyaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline