Lihat ke Halaman Asli

Menyandang Kemuliaan Seorang Ibu

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman akan selalu berubah, tetapi profesi seorang ibu tetap pada tempatnya, yaitu tetaplah menjadi manusia yang melahirkan manusia lain, melahirkan sebuah generasi yang mewarnai zamannya... di tangan seorang ibulah warna itu akan dibuat, sebab semesta alam telah menganugrahkan kemuliaan kepada seorang ibu dengan tugas sebagai pendidik yang pertama dan utama setiap anak manusia yang dilahirkannya, apakah kelak menjadi manusia yang membangun peradaban atau yang menghancurkannya... memberi kasih sayang, merawat, mendidik ternyata sebuah tanggung jawab yang menimbulkan efek domino dalam kehidupan... dan peran itu  tidak akan tergantikan dengan sempurna  oleh apapun... jadi mendapat privillage ‘ MULIA’  sangat berat konsekuensinya . Padahal menjadi seorang ibu yang baik belum ada sekolahnya, tapi Allah telah memberi kita para ibu bekal berupa kekuatan cinta dan kasih sayang yang tiada tara yang akan mendorong dan membimbing melalui naluri atau feeling khas seorang ibu yang akan berkembang sesuai kebutuhannya, disitulah si ibu belajar dari dirinya sendiri, bagaimana cara merawat dan mendidik buah hatinya, tentu saja pengaruh dari luar dirinya juga akan banyak memengaruhi model pendidikan dan pengasuhan seorang ibu, misalnya: agama, norma masyarakat dan adat yang dianutnya bahkan juga cara seorang ibu dididik dan diasuh oleh orang tuanya dulu... tapi ada satu hal yang kadang terlewat disadari bahwa mendidik anak berarti terlebih dahulu si ibu juga harus mendidik dirinya sendiri, kesadaran ini penting karena  adaptasi seorang anak yang paling awal adalah meniru, jadi apa yang dikatakan dan diperbuat bahkan pendapat sebagai buah pemikiran seorang ibupun akan diserap oleh anak, apapun yang dicontohkan itulah yang akan ‘masuk’ dalam pembentukkan karakter anak, dan hadiah lain dari Allah adalah jiwa seorang ibu yang sangat terhubung dengan anaknya atau ikatan batin pun ternyata juga akan sangat menentukan suasana yang  tercipta dalam pengasuhan tersebut, artinya dari seorang ibu yang bahagia lah akan lahir anak -anak yang bahagia pula.

Menjadi momokkah profesi seorang ibu ?... ternyata tidak sama sekali, menjadi ibu adalah profesi yang sangat alami dan bisa menjadi sumber bahagia... dan sebutan ibu... adalah sebuah penghormatan yang sangat strategis. Apalagi di zaman yang sangat menantang ini, banyak yang bilang ini zaman yang materialistis, dimana standar dari banyak hal termasuk bahagia dan keberhasilan hidup ukurannya adalah materi... lalu dimana peran seorang ibu dalam situasi seperti ini? Apakah seorang ibu hanyut terbawa zaman begitu saja tanpa memaknainya dari sisi lain yang lebih hakiki? Sebaiknya standar nilai yang dimiliki seorang ibu hendaknya di maknai dengan penuh kesadaran karena dari sinilah sudut pandang seorang anak akan terbentuk, menjadi seorang manusia yang materialistiskah, kemudian tamak dan menghalalkan segala cara untuk mengejar kemuliaan yang tidak hanya semu tapi me-menderitakan manusia lain itu, disitulah para koruptor dan yang sejenis itu lahir... dari pemikiran yang tersesat... kalau zaman ini, khususnya di tanah air tercinta kita sudah muak dengan kelakuan mereka-mereka yang begitu... tidakkah kita para ibu juga harus introspeksi... karena mereka-mereka itu juga dilahirkan oleh para ibu... adakah yang keliru dari kita para ibu-ibu...???

Seorang perempuan dalam perkembangan zaman posisinya amat strategis karena jumlahnya sampai sekarang konon lebih banyak dari pria dan para perempuan inilah ibu dan calon ibu... bagaimana wujud lahir batin merekalah masa depan bisa diramalkan.

Lalu pertanyaannya, apakah kita sudah menjadi seorang ibu yang baik? Karena dari rahim seorang ibu lahir seorang anak manusia yang ternyata tidak hanya secara fisik saja, tetapi ditangan seorang ibu  warna karakter seorang manusia dilukis. Tidak ada seorang ibu yang bercita-cita jelek untuk anaknya, masalahnya adalah sudahkan cita-cita mulia seorang ibu itu sejalan dengan proses yang dilakukannya selama ibu mendidik dan mengasuh anaknya?

Inilah yang menjadi awal mulanya, seorang ibu juga seorang manusia yang punya setumpuk problem dan tuntutan, punya secuil ambisi atau bahkan segudang cita-cita, punya banyak sisi yang dirinya sendiripun belum tuntas menjalaninya, seorang ibupun sedang belajar menjalani hidup. Ia bisa jadi seorang istri, seorang pekerja, yang jelas juga menjadi seorang anggota masyarakat. Mestinya itu tidaklah menjadi hambatan, tetapi lagi-lagi, bagaimana mensinergikan dengan bijak agar kepentingan ibu sebagai manusia yang berkembang dan tugas mulia seorang ibu akan saling mengisi dan tumbuh beriringan dengan saling mematangkan mengingat fungsi ibu yang begitu mulia dan tak tergantikan itu? Sekali lagi... tidak tergantikan... Di mana jebakan alam yang mengatas namakan demi keluarga, demi anak, perjalanan karir yang sering membuat silau, seorang ibu juga tak sedikit yang mendahulukan kesenangan duniawinya, atau bahkan seorang ibu terlalu capai mengurus masalahnya sendiri...

Tapi ternyata 1 + 1 tidak selalu 2, itu lah yang terjadi, mengasuh dan mendidik anak tidaklah seperti kejadian yang eksak, sebuah proses panjang mengikuti alunan proses yang terjadi pada sang ibunda dan nyatanya menjadi seorang ibu yang sukses menjadikan putra/i nya seperti yang dicita-citakan tidaklah harus menjadi manusia yang sempurna, tiada cela,  bisa mengatasi semua masalah layaknya super mom apalagi harus punya kisah hidup yang sempurna... kenyataannya juga tidak ada manusia yang begitu. Meskipun sudah menjadi ibu tetaplah manusia dengan segala ketidak sempurnaannya. Lalu siapakah seorang ibu yang baik itu?

Karena saat peran ibu itu terjadi, seorang perempuan adalah seorang pembelajar, bagaimana dia belajar tentang hidupnya sendiri itulah yang akan sadar dan tanpa disadari dia ajarkan pula kepada anaknya. Bagaimana seorang ibu menghadapi semua ujian hidupnya, model si ibu berelasi dengan suaminya/bapak si anak dan orang-orang disekitarnya, nilai-nilai yang di anut, bahkan minat si ibupun akan mempengaruhi minat seorang anak, apapun itu semua akan diamati sekaligus diserap oleh sang anak, dan itulah cikal bakal seorang  anak  belajar memaknai tentang nilai baik dan buruk, memperkaya sisi spiritual sebagai standar  sebuah nilai yang hakiki, bagaimana berhubungan dengan Tuhannya, dengan seluruh ciptaanNYa

Sepertinya dengan perjalanan yang seperti itu menjadi seorang ibu adalah sebuah perjalanan spritualitas seorang anak manusia, bagaimana melihat perjalanan dan tujuan hidup sebagai jalan yang membimbingnya menjadi manusia yang sepenuhnya untuk mengabdikan diri kepada sang Pencipta, dan bersikeras untuk menjadi manusia bahagia dengan cara membahagiakan manusia lainnya.

Rupanya kita para ibu dimuliakan karena kita terlahir juga untuk memuliakan kehidupan, sebagai sumber kehidupan dan yang merawat kehidupan ini. Sungguh tugas hidup yang luar biasa.

Dan seorang ibu, pasti juga seorang anak, penghormatan atas kasih sayang dan pengorbanan kepada ibu kita adalah kunci pembuka yang pertama untuk kita menghayati proses menjadi seorang ibu yang baik...

Selamat memperingati hari ibu, inilah saat kita memaknainya sebagai penghargaan kepada tugas mulia kita.

“ MOTHER “

Time has brought me a greater

understanding of life and growing

appreciation of all you have been to me.

I truly know the love you have given

and felt over the years,

and i filled with gratitude.

The bond we have found is everlasting




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline