Bicara soal tulis menulis, sebenarnya dulu saya orang yang suka diary saja. Untuk menulis di sebuah media yang di publikasi sangat jarang sekali. Bahkan yang paling parahnya malas yang selalu mengekori jika di suruh menulis di catatan yang bisa di baca banyak orang. Banyak alasan yang selalu saya utarakan padahal alasan yang lebih tepat karena "malas". Ntah kapan tepatnya saya berjumpa mentor-mentor saya di sosmed Facebook. Berawal dari dunia maya serasa sudah akrab, sudah kenal lama. Sehingga para mentor saya selalu motivasi saya untuk tetap nulis. Perkenalkan Ini dia para mentor saya..
Pipiet Senja
Nama Pipiet Senja mungkin bagi teman-teman sudah tidak asing lagi di telinga. Seniman senior Indonesia yang sudah melahirkan ratusan buku. Saya juga nggak menyangka bisa berkenalan dengan merekawalau hanya dari facebook. Berawal dari dunia nyata hingga akhinya ke dunia nyata. Saat bunda Pipiet Senja jadi pembicara di acara bedah buku "Simfoni Balqis" di Universitas Sultan Idris, Malaysia. Dan saat itulah bunda Pipiet mengabari saya lewat facebook bahwa bunda Pipiet akan mengisi acara bedah buku di UPSI. Dengan semangat saya juga mengabari teman-teman untuk ikutan acara tersebut. (siapa sih yang nggak senang bisa jumpa penulis senior dan belajar langsung darinya).
Dari acara tersebut hingga akhirnya kedekatan pun terjalin. Dan bunda Pipiet selalu meneror saya untuk tetap nulis, nulis, dan nulis. Tapi alasan klise yang melekat masih tetap bertahan hingga akhirnyatetap malas. Tapi, bunda Pipiet tak bosan terus menyemangati saya untuk menulis dengan iming-iming di kirim ke Voice Of Indonesia Radio Republik Indonesia (VOIRRI). Nanti karaya saya akan di bacakan di sana. Dari situ saya mulai menulis walaupun rasa malas menghampiri. Saya berusaha untuk tetap komitmen, satu hari satu tulisan. Saat tulisan itu selesai rasa kurang percaya diri mulai timbul sebagai penyakit baru. Hingga akhirnya tulisan itu juga tak terpublikasikan. Masih mengendap dalam coretan-coretan di atas kertas. Saat pertemuan kedua dengan bunda saat 23 november 2014 lalu. Saya dan teman-teman persatuan pelajar Indonesia Univeritas Terbuka Kuala Lumpur membuat acara seminar kepenulisan. Eh,, sebenarnya ide ini dan untuk mengundang naara sumber yang wow itu tidak ada tetapi saat itu bunda Pipiet inbox saya untuk membuat acara seminar kepenulisan, karena acaranya bunda yang akan diadakan di kedah harus cancel sementara tiket pesawat ada yang sponsori. Dari pada tiketnya terbiar begitu saja bunda Pipiet pun menyuruh saya untuk membuat acara seminar sederhana. Bunda Pipiet dan ustadz Abrar lah yang menjadi menyuntikan semangat menulis kepadaku dan teman-teman. Dari pertemuan kedua ini lah, kita para panitia pelaksana dan para peserta seminar komitmen setelah acara harus punya karya. Sehingga dalam masa dua minggu harus sudah mengirimkan karya ke Bunda Pipiet. Dan saya juga tidak menghiraukan malas lagi, saya harus nulis, nulis, nulis. Eh.. kemarin pas buka email ada email dari VOIRRI sebagai pemberitahuan bahwa kary saya akan di bacakan di VOIRRI pada 4 desember 2014. Terimaksih bunda atas terornya. :)
Dian Kelana
Bagi para kompasianer yang sudah lama nongkrong di kompasiana pasti sudah tidak asing lagi dengan nama Dian Kelana. Saya kenal Dian Kelana yang selalu saya panggil "ayah" juga bertemu lewat sosmed facebook. Wah.. lagi-lagi karena facebook. Begitulah gunanya sosmed di gunakan untuk mencari teman-teman yang memiliki aura positif. Sosok ayah Dian yang begitu ke ayahan yang menganggap saya sudah menjadi anaknya walaupun hanya di dunia maya. Walau belum pernah bertemu face to face tapi Banyak nasehat-nasehat yang dia bagi ke saya.Dulu ayah juga menyarankan untuk saya punya akun kompasiana. Tetapi saat itu laptop saya baru di jual karena sering masuk rumah sakit alias tukang service. Hingga akhirnya saya juga tidak membuat akun kompasiana. Walau sebelumnya saya juga punya akun blog, karena lama tak di buka kunci blognya lupa hingga akhirnya blog pun tidak dapat di gunakan lagi. Suatu saat saya pingin ngeblog lagi hingga akirnya ayah lah yang membuatkan blog saya. Dari blog yang di hadiahi ayah di sanalah kadang saya buat tulisan-tulisan sederhana. Terimakasih ayah atas hadiah blognya. Semoga kita dapat bertemu di dunia nyata ya ayah. :)
Anazkia Aja
Nah, teman-teman pasti nggak asing juga dengan nama Anazkia. Wanita yang sosok fisiknya kecil mungil, tapi jangan salah mba Anaz orang yang energik. Mantan TKI yang menginspirasi, penuh prestasi. Saat saya kenal dengan mba Anaz juga dari sosmed facebook (Oh...dumai...lagi dumai lagi). Berawal dari komen saya di sebuah grup komunitas kepenulisan itulah saya kenal dengan mba Anaz. Saaat itu saya teringin benget ikut komunitas kepenulisan tersebut. Tetapi, mba Anaz memberi tahu saya tanpa harus ikut komunitas asal kita komitmen untuk menulis pasti bisa untuk jadi penulis. Walau saat itu saya dan mba Anaz sama-sama di Malaysia tapi belum sempat bertemu. Hingga akhirnya saya minta di buatkan akun kompasiana oleh mba Anaz. Kalau nggak karena mba Anaz mungkin saya tak pernah meninggalkan jejak di kompasiana ini. Dan akun kompasiana inilah hadiah dari mba Anaz yang harus saya rawat serta saya isi dengan tulisan yang bermanfaat. Terimakasih mba Anaz atas akun kompasiananya. Aku rindu dirimu....semoga lain waktu kita bisa ketemu. :)
Salam takzim buat para mentor-mentor yang selalu motivasi Awie.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H