Lihat ke Halaman Asli

Bisakah Kita Kembali?

Diperbarui: 21 Maret 2024   05:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

 

Dari mana kita? Untuk apa kita diciptakan? Mau kemana Kita? Kemana kita akan kembali? Bagaimana kita kembali? Pertanyaan ini sering menghantui kita sebagai manusia yang ingin mengetahui jati dirinya.

Menjawab pertanyaan tersebut tidak lah mudah, jika kita mencari jawaban dari manusia, karena manusia memiliki pemikiran dan cara pandang yang berbeda-beda. Oleh karenanya untuk mencari jawabannya tentulah lebih arif jika kita melihat jawaban yang telah diajarkan oleh sang Pembuat Manusia melalui kitab-kitabnya serta melalui para Rosul utusanNya.

Dari mana kita? Menurut al-quran dalam surat Al-Isro' (17) : 85 " wa yas-alunaka 'anir ruh(i) qulir ruhu min amri robbi  wa ma utitum minal 'ilmi illa qolila " Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, " Ruh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedikit" jadi mengenai ruh cukuplah kita tahu jika manusia berasal dari alam Amr, sedangkan alam Amr berada disisi Alloh swt.  

Alloh merupakan Tuhan Alam semesta yang maha suci, suci dari berbagai sifat-sifat buruk. Sehingga manusia juga sebagai makhluk ciptaanNya memiliki fitrah atau sifat dasar selalu menyukai hal yang baik.

Untuk apa kita diciptakan? Dalam surat adzariat : 56 "Wa maa kholaqtul jinna wal insa illa liya'buduun" Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku." Dari surat tersebut jelas bahwa manusia diturunkan didunia ini adalah untuk beribadah, jadi segala aktifitas mulai dia bangun tidur sampai tidur haruslah bernilai ibadah. 

Sebagai contoh makan adalah aktivitas manusia sehari-hari, jika kita makan maka kita harus berdoa terlebih dahulu sehingga apa yang kita kerjakan bernilai ibadah. Demikian juga kita keluar rumah atau masuk rumah semua ada tata caranya agar bernilai ibadah. Jadi ibadah tidak hanya sholat, zakat, puasa atau haji melainkan semua aktivitas kehidupan kita haruslah senantiasa bernilai ibadah. Bisa dikatakan, kita diciptakan untuk Alloh, hidup sesuai keinginanNya.

Mau kemana kita? Setelah kita dilahirkan dan diberi tugas untuk selalu beribadah, kemanakah kita harus melangkah. Menurut Al-quran  adalah menuju "Kanzun Taqwa" gedung taqwa lihat surat al-baqoroh ayat 183 " Yaa ayyuha ladziina Aamanu kutiba 'alaikumushiyaamu kamaa kutiba 'alal ladziina min qoblikum la allakum tattaquun"  salah satu contoh ibadah adalah puasa, dari ayat tersebut tujuan ibadah puasa adalah mencapai derajat taqwa. 

Jadi didunia ini kita harus mencapai gedung taqwa agar kita bisa kembali kepadanya. Dimanakah gedung taqwa tersebut, rosululloh pernah ditanya oleh sahabat dimanakah letak gedung taqwa itu? Beliau menjawab di sini, disini, disini sambil telunjuk menunjuk ke hati beliau. 

Dari hadist ini banyak yang meneliti dimana hati yang dimaksud, ada yang mengatakan Jantung. Salah satunya dr. Fikri Hamdi,CTMR beliau mengatakan " Jantung memiliki 40.000 syaraf neuron ( otak di dalam jantung) Medan elektromagnetik jantung 5000 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan otak. 

Jika letak fikiran ada diotak, sedangkan perasaan di hati/jantung. Kekuatan perasaan positif jauh lebih besar daripada pikiran yang positif. Sebagai contoh tanda perasaan positif adalah bersyukur, tanda perasaan bersyukur adalah jantung tidak berdebar. Pada saat jantung sehat ia akan berdetak antara 60-100 / perdetik. Pada kondisi ini manusia akan bahagia, dan cenderung memiliki keberkahan hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline