[caption caption="Helikopter di kapal nelayan, sumber: National Geographic Channel"][/caption]Laut sedang murka. Namun kapal itu terus saja melaju menentang ombak, meninggalkan suara hempasan keras di haluannya dan buih putih. Nakhoda kapal, seorang pria paruh baya dengan postur kekar dan rambut cepak nampak mengamati layar GPS di ruang kemudi dengan seksama. Kemudian dia mengeluarkan komando…
Sebuah helikopter yang tadinya bersandar di kapal itu lepas landas, membelah udara lantas berputar-putar di langit. Pusaran udaranya menggiring bayang-bayang hitam di kedalaman lautan sana, yang sejak tadi menjadi fokus perhatian pilot dan asistennya. Dengan bantuan teropong, mereka yakin tak pelak lagi bayangan hitam besar itu memang gerombolan ikan. Mereka menandai pada sebuah titik koordinat tertentu.
Kemudian melalui saluran komunikasi sang pilot helikopter memberi komando pada komandan kapal….dan done! Dua buah speed boat meluncur dari atas kapal menarik jaring raksasa ke tengah lautan, bak laba-laba merayap membentuk jaringnya. Ujung kedua jaring raksasa akan bertemu dan membentuk lingkaran hingga ikan-ikan akan terjebak di dalamnya.
Ini ada di sebuah film dokumenter yang saya tonton di sebuah channel TV kabel yang menggambarkan bagaimana sebuah kapal penangkap ikan Taiwan beroperasi. Kapal yang begitu canggih. Dilengkapi GPS dan sonar pendeteksi keberadaan ikan besar seperti tuna di lautan, helikopter untuk memastikan keberadaan objek dari jarak dekat, speed boat untuk menebar jaring dalam waktu singkat, juga mesin untuk menarik jaring kembali ke kapal, maka luar biasa…sekali tarikan berton-ton ikan Tuna terangkat!
Dengan peralatan canggih macam itu para Anak Buah Kapal (ABK) dan sang kapten biasanya ditarget sebulan agar menangkap 900 ton ikan Tuna. Dan target itu jarang meleset. Karena kapal nelayan itu mampu menampung 150.000 liter solar hingga sanggup berlayar ber bulan-bulan. Andai mereka kehabisan bahan bakar sebuah kapal tanker bahan bakar telah siap men-suplai.
Kapal tanker itu rupanya beroperasi tak jauh dari wilayah Papua. Sebuah peta terbentang, saat penyiar menyebutkan lokasi keberadaan kapal tanker penyuplai itu. Maka pikiran nakal saya bekerja, jangan-jangan kapal tanker itu menyedot solar subsidi dari Indonesia. Jangan-jangan. Hehehe.
[caption caption="Speed Boat, sumber: National Geographic Channel"]
[/caption]
Nelayan dan Ilmuwan
Dalam Island of Fish, Promised Fish lain lagi, film dokumenter tentang penangkapan ikan Mahi-Mahi (dolphinfishes) oleh nelayan Taiwan, seorang ilmuwan kelautan turut serta dalam sebuah kapal nelayan.
Kapten Chen dan Dr. Chiang. Yang seorang kapten kapal nelayan dan satunya ilmuwan kelautan, bekerja sama untuk kesinambungan bidang mereka. Kapten Chen spesialis nelayan ikan Mahi-Mahi inginnya ikan itu keberadaannya terus terjaga, agar dapurnya tetap mengepul. Bagi sang Ilmuwan, Mahi-Mahi adalah spesies yang harus dipelajari agar bisa dijaga kelestariannya. Karena ikan itu sangat digemari penggila sea food, maka nilainya tinggi di pasaran.
Untuk itu Dr. Chiang menempeli tubuh beberapa ikan dengan label satelit dan label konvesional. Dengan label satelit, dapat di pelajari habitat, pola migrasi, dan perkembangbiakannya. Sementara dari label konvensional dapat diketahui bahwa ikan Mahi-Mahi adalah jenis spesies yang paling cepat berkembang di laut, dan aman dari resiko polutan karena pertumbuhannya yang cepat.