Lihat ke Halaman Asli

'Apel' Milik Angie dan 'Apel' Milikku.

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semoga tidak terlalu telat untuk menulis masalah ini.

Sama seperti halnya Angelina Sondakh, aku pun jika ditanya apakah aku mengenal istilah 'apel malang', 'apel washington' dan 'semangka' aku pun akan menjawab TIDAK. Tetapi jika aku ditanya apakah aku mengenal istilah 'apel ijo', 'apel merah' dan 'jeruk' maka aku tak akan berkelit ataupun berbohong seperti yang telah dilakukan Angie.

Jika 'apel' versi Angie bermakna sesuatu yang enak dan menguntungkan. Tak begitu dengan 'apel'ku. Karena 'apel'ku bukanlah 'apel' milik angie. 'apel' yang ku kenal adalah sesuatu yang menuntut kami untuk mengakui kesalahan, sebagai ajang silaturahim antara adik dan kakak tingkat dan tentunya sebagai tempat sharing.

Ketika aku menyaksikan persidangan yang menghadirkan Angelina Sondakh sebagai saksi, sempat terlintas dibenakku, apa seharusnya setting persidangan ini dibuat seperti halnya ketika kami diberi 'apel'?
Karena dalam 'apel'ku dapat dipastikan seorang tersangka akan mengakui kesalahannya, termasuk untuk mengakui akan kepemilikan sebuah telpon seluler yang diharamkan untuk dibawa masuk ke asrama.

Bicaralah Angie. Bicara akan kebenaran. Kami menunggu.
Jangan khawatir, mengakui sebuah kesalahan tidak akan serta merta membuatmu hina.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline