Lihat ke Halaman Asli

Dewi Arum

Freelancer

Bisik-bisik yang Gak Bikin Hati Jadi Busuk

Diperbarui: 26 Januari 2018   07:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Alquran al Karim mengkategorikan 'berbisik-bisik' sebagai bentuk dari an-Najwa (QS Al Mujadilah: 9). Kosa kata dan perilaku yang akhir-akhir ini populer, oleh Alquran disebut

berlaku dalam kondisi khusus, sekalipun dapat terjadi pada berbagai strata sosial dan politik. Alquran pun mengklasifikasikan bisik-bisik itu pada dua kategori, bisik-bisik yang busuk dan bisik-bisik yang baik. 

Bisik-bisik dikategorikan busuk manakala ia digunakan untuk membuat atau memunculkan perilaku atau kebijakan yang bernilai dosa, tidak bermanfaat, dan bermuara pada provokasi yang menebar kesalingcurigaan. Semua itu berakhir ketika kita

menuai badai disharmoni dan disintegrasi yang secara nyata merupakan bentuk pendurhakaan kepada Rasulullah saw. beserta keteladanan utama yang diwariskan, baik untuk kehidupan individual maupun sosial dan politik.

Perilaku destruktif dan berdampak luas semacam ini oleh Alquran tidak sekadar disebut sebagai kriminologi politik. Ia yang bersumberkan dari setan dan bertujuan meresahkan

kehidupan kalangan beriman itu, divonis Alquran sebagai satu hal terlarang, bernilai dosa besar, dan pelakunya akan diganjar dengan kehinaan dan kesengsaraan abadi hingga neraka jahanam. (QS Al Mujadilah 8-10). jasa desain rumah

Sebaliknya, bisik-bisik yang baik, yaitu kegiatan berbisik yang dilakukan untuk merealisasi kebajikan dan takwa, baik pada dataran nilai maupun kebijakan politik. Semua itu berujung dengan terciptanya clean and good society governance. Bisik-bisik jenis ini adalah bentuk lain dari kegiatan amar makruf nahi mungkar, yang tampil dalam aktivitas 'nasihat' seperti dilansir Rasulullah saw. dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim. Karena itu, wajar bila bisik-bisik yang baik adalah suatu hal yang justru diperintahkan, untuk meminimalisasi faktor dan dampak bisik-bisik buruk (perhatikan Alquran surah Al Mujadilah: 9-10). 

Sejarah umat Islam mencatat dengan jelas contoh bisik busuk dan bisik baik dengan segala implikasinya. At-Thabari, misalnya, merekam bagaimana bisik busuk Syamr bin Dzi al Jausyam kepada Ubaidillah bin Ziyad menggagalkan kesepakatan damai antara Husain bin Ali ra dan Umar bin Saad bin Abi Waqqas ra, yang berbuntut terjadinya tragedi Karbela yang mengenaskan itu. Sebaliknya, bisik baik yang dilakukan Roja'  bin Haywah yang mengubah keinginan Sulaiman bin Abdul Malik dalam penunjukan siapa yang akan menjadi penggantinya, sehingga memunculkan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah adil yang termasyhur sepanjang masa. 

Dalam masa transisi seperti saat ini yang dialami bangsa dan umat Islam di Indonesia, budaya bisik-membisik memang tak mudah dihindari. Tetapi, seperti doa yang selalu kita baca di kala pagi dan petang hari (Surah Al Falaq dan An-Nas), mudah-mudahan kita semua dapat terhindar dari bisik busuk, apalagi menjadi pembisik yang busuk. Sebaliknya, kita dapat berproaktif dan berlaku transparan serta konstitusional untuk  menghindari faktor bisik busuk, karena dampaknya memang sangat negatif untuk kehidupan umat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline