Lihat ke Halaman Asli

Ambardewi

Pecinta seni, buku dan musik

Hari Anak Universal, Wujudkan Dunia yang Ramah bagi Anak

Diperbarui: 20 November 2018   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Revolusi Mental

Anak merupakan harta yang tidak terkira bagi setiap orang tua. Di pundak sang anak lah orang tua menitipkan seluruh harapan dan keinginan untuk masa depan lebih baik. Harapan tersebut harusnya didukung dengan kondisi dan peran serta dari setiap masyarakat untuk dapat mewujudkan dunia yang ramah pada anak.

Karena, peran serta orang tua dan lingkunganlah yang berperan langsung dalam tumbuh kembang anak. Sudah semestinya, anak juga harus mendapat perhatian yang optimal dari dunia dengan memperkenalkan apa saja hak hak yang dapat dinikmati anak. Biasanya, di beberapa belahan dunia juga memperingati hari anak yang diselenggarakan menurut negara yang bersangkutan.

Peringatan hari anak di setiap negara berbeda. Jika kita merujuk kepada Hari Anak Internasional tentu  diperingati setiap tanggal 1 Juni, sementara untuk Hari Anak Universal diperingati setiap tanggal 20 November.

Di Indonesia sendiri, Hari Anak Nasional diperingati setiap 23 Juli sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1984 tanggal 19 Juli 1984.  Hari Anak Universal bertujuan untuk memperkenalkan tentang kebersamaan internasional, kesadaran dan kesejahteraan di antara anak-anak di seluruh dunia.

Coba kita melihat di laman twitter dari UNICEF yang men-twit hashtag dengan tagar #WorldChildrensDay, di Indonesia, UNICEF Indonesia menamakan sebagai #AyoMenjadiBiru.

Hal ini sebagai salah satu bentuk dukungan kepada seluruh anak-anak di dunia tentang hak-hak yang seharusnya dipenuhi. Banyak sekali hak-hak yang harusnya dapat diterimakan dan dinikmati oleh anak, diantaranya adalah hak untuk mendapatkan keselamatan, hak untuk mendapat perlindungan, pendidikan dan masih banyak lagi. 

Sering kita melihat di luar sana, paling dekat dengan lingkungan kita, banyak sekali anak-anak yang terlantar dan kurang mampu berkeliaran dengan kondisi yang memilukan tanpa bisa mendapat perlakuan yang adil sesuai amanah konstitusi. Banyak pula, anak-anak di pedesaan yang mempunyai semangat juang tinggi untuk belajar tetapi terkendala dengan sarana dan prasarana yang tidak mendukung.

Belum lagi masih banyak anak-anak yang mendapat pengaruh buruk dari dampak modernisasi dan gaya hidup yang 'ramah gadget' kemudian diberlakukan kepada anak yang seharusnya familiar dengan buku. Jika harus dituliskan disini, sudah barang tentu banyak hak-hak anak yang masih belum terpenuhi. Apakah hal ini masih bisa dikatakan bahwa dunia sudah ramah terhadap anak?

Gaya Hidup VS Gaya Anak

Sedikit menyoroti tentang sisi lain gaya hidup dari manusia modern yang hidup di jaman now. Naif rasanya jika dikatakan bahwa modernisasi, globalisasi linier dengan internet dan mesin. Lantas.. Kemanakah fungsi buku, mainan tradisional dan peran orang tua dan guru.

Anak di sini tentu paling dekat dengan orang tua dan guru yang seharusnya menjadi oranh nomor satu yang bisa mendampingi dan mengawasi sang anak. Tapi jika boleh jujur, orang tua tidak sedikit yang menjejali anak dengan gaya hidup orang tua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline