Semakin gencarnya kita dengan berbagai macam slogan dan tagline yang mengusung tema revolusi industri 4.0, tentu linier dengan usaha pengembangan SDM dan SDA sebagai faktor 'uno' dalam mendukung terealisasinya modernisasi yang tidak mungkin untuk dihindari.
Anggapan bahwa dampak dari revoulusi industri 4.0 yang katanya 'mengkhawatirkan' justru ada celah-celah lain yang dapat digunakan untuk menyokong pertumbuhan masyarakat.
Tak heran, dengan dalih mempersiapkan anak sebagai generasi muda penerus bangsa yang dewasa ini sudah mulai dijejali dengan sistem belajar 'marathon' dalam full day school menuai banyak kontroversi.
Ada yang pro dan ada yang kontra. Jika orang tua membandingkan dengan 'era' nya dulu, maka sudah pasti terlihat ketimpangan metode belajar yang cukup jauh daripada sekarang. Dulu anak-anak masih mempunyai waktu untuk 'me time' setelah jam sekolah. Nah.. Kalau sekarang.. Berangkat pagi.. Pulang sore.. Bahkan sampai malam hari.
Pengembangan potensi dan bakat anak tentu tidak semuanya dapat diletakkan sepenuhnya di ranah sekolah saja, sudah barang tentu 100 dari orang tua setuju, bahwa pendampingan dan perhatian dari orang tua juga sangat dibutuhkan.
Banyak sekali metode yang dikembangkan orang tua untuk meningkatkan minat bakat dari si anak untuk mengoptimalkan seluruh pelajaran yang diterima di sekolah. Salah satunya adalah menggunakan metode homeschooling.
"Homeschooling" Modern
Sekolah rumah yang kegiatannya tidak serta merta harus dirumah itulah mampu membuat anak relax dan tertarik dalam belajar. Apalagi dalam homeschooling method, orang tua lah sebagai penanggung jawab utama yang bisa berperan sebagai guru pendamping atau tutor di rumah.
Yang lebih enaknya lagi, saat orang tua menerapkan metode homeschooling sebagai 'nutrisi tambahan' bagi anak, maka si anak akan terpacu untuk berkomunikasi dan memecahkan permasalahan yang tidak selesai melalui jalur pendidikan formal.
Homesschooling yang dimaksud tentu bukan pembelajaran tunggal tanpa memberikan pendidikan formal, tetapi pendidikan tambahan yang bisa dimiliki si anak secara eksklusif dari orang tua nya masing. Cukup membanggakan bukan?
Ranah dari homeschooling tersebut juga cukup luas. Orang tua bisa mendampingi si anak untuk menunjukkam 'mental roket' (istilah yang sering saya sebut untuk mental anak yang mampu berpikir dan berperilaku out of the box) mereka tanpa adanya keraguan sedikitpun.
Anak yang selain menempuh pendidikan formal harus dibarengi dengan penekanan dalam agama serta moral. Anak yang sering sekali didampingi orang tuanya dengan menerapkan pengajaran tambahan seperti homeschooling, bisa secara maksimal dekat dengan sang anak.