Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Dampak PHK Kelas Menengah Berkurang, Ojol Jadi Pekerjaan Utama, dan Makin Banyak Penjual Makanan

Diperbarui: 14 September 2024   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PHK terus terjadi dua tahun terakhir dengan jumlah terdampak yang besar | Sumber gambar: TOTO SIHONO via Kompas 

Berita kebangkrutan yang menimpa pabrik kompor Quantum membuat trenyuh. Kebangkrutan ini berdampak buruk bagi 500-an karyawan pabrik tersebut. Ini adalah sinyal buruk bagi kondisi perekonomian di Indonesia karena pabrik kompor Quantum bukan satu-satunya yang bangkrut pada tahun ini. Sepanjang tahun 2024 ada begitu banyak pabrik dan bank yang bangkrut, sehingga dilakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran.

Pabrik di Indonesia yang bangkrut dan tutup pada tahun ini di antaranya pabrik ban PT Hung-A di Cikarang dengan 1.500-an karyawan yang terdampak; pabrik sepatu Bata di Purwakarta dengan 233 karyawan yang mengalami PHK; dan pabrik garmen PT Cahaya Timur Garmindo yang terpaksa harus mem-PHK 650-an karyawan. Sementara dari daftar 12 bank yang bangkrut semuanya adalah Bank Perkreditan Rakyat (BPR), seperti PT BPR Dananta dan PT BPR Bali Artha Anugrah.

Berita penutupan dan kebangkrutan di atas adalah perusahaan-perusahaan yang terdaftar. Di lapangan jumlah mereka yang mengalami PHK jauh lebih besar. Pengurangan karyawan juga terjadi di level UMKM dan usaha-usaha kecil menengah yang bekerja di sektor jasa dan teknologi informasi.

Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan dari awal Januari hingga akhir Agustus 2024 terdapat 46.240 karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Sedangkan menurut Muhammad Andri P, ekonom dari Bright Institute, dikutip dari BBC Indonesia (12/11) diperkirakan angka ini terus bertambah hingga mencapai 70 ribu karyawan hingga akhir tahun. Angka ini akan lebih besar dibandingkan besaran PHK tahun lalu yang mencapai 64 ribu karyawan.

Pemutusan hubungan kerja umumnya dilakukan perusahaan untuk melakukan efisiensi dan tak terhindarkan ketika pabrik tersebut bangkrut. Semenjak pandemi, kondisi perekonomian di Indonesia dan beberapa negara lainnya memang lesu dan terpuruk. Ada banyak faktor penyebab perusahaan tersebut rugi hingga bangkrut, di antaranya berkurangnya pemesanan, ketidakmampuan bersaing dengan produk impor  hingga tren yang berubah.

Besaran PHK yang begitu banyak pada dua tahun terakhir ini selaras dengan data Badan Pusat Statistik yang menyebut terjadi penurunan kelas untuk mereka yang selama ini masuk dalam kelas menengah di Indonesia. Besarannya tak tanggung-tanggung yaitu 9.48 juta yang terjun ke kelas calon kelas menengah hingga kelas rentan miskin.

Kelas menengah turun kelas menjadi calon kelas menengah dan rentan miskin | Sumber gambar: Oku Ekspres

Penggolongan kelas kemiskinan sendiri di Indonesia tak sedikit menuai kritikan karena standar yang digunakan dirasa kurang wajar untuk kondisi saat ini. Mereka yang masuk ke kelas miskin rata-rata yang pengeluarannya Rp 582.932 per kapita per bulan. Sedangkan rumah tangga yang masuk miskin yakni Rp 2.786.415 per rumah tangga per bulan.

Saat ini yang banyak dijadikan landasan adalah standar level kemiskinan untuk tiap individu bukan per rumah tangga. Andaikata kepala keluarga mengalami PHK dan ia tak lagi mendapatkan pemasukan seperti saat ia masih aktif bekerja maka bisa jadi kelasnya berubah dari rumah tangga menengah menjadi rumah tangga yang masuk miskin.

Ojol dan Penjual Makanan Makin Bertambah

Jumlah mereka yang mencari pekerjaan dan lapangan pekerjaan yang tersedia di Indonesia tidaklah sebanding. Jumlah pencari pekerjaan ini juga ditambah mereka yang menjadi korban PHK.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline