Tak ada ide menulis yang muncul malam ini. Walaupun sudah kucari-cari dan keburu, tapi gagasan itu tak muncul sama sekali. Ia bersembunyi, entah di sel otak bagian mana, tak bisa kutemukan sama sekali. Akhirnya aku melihat-lihat foto di galeri.
Foto kucing bernama Kemoceng menarik perhatian. Ia malam ini mengeong-ngeong dengan penuh semangat. Padahal ia sudah berada di dalam rumah, namun ia masih tak kunjung diam. Ia sedang memburu sesuatu, memburu kamarku yang hangat.
Aku curiga ia sedang berbadan dua dan hendak melahirkan. Perutku besar. Berhubung bukan kucingku, maka kutanya ke tetangga. Jawaban mereka mengejutkan, kata mereka si Kemoceng sudah disteril, jadi perutnya yang gendut ya memang karena makannya yang banyak.
Tapi aku tidak begitu yakin. Berhubung ia kucing jalanan dan bukan kucingku, aku tak berhak membawa ia ke klinik. Ia memang kucing jalanan, rumahku hanya salah satu yang disinggahinya setiap hari. Namun sudah sebulan ini ia jarang beranjak, betah di rumahku dan hanya pergi ke luar sesekali.
Aku tak ingin ia menjadi kucingku. Kucingku sudah banyak yang kuurus, ketika menjadi kucingku, maka aku akan mengurusnya seumur hidup. Aku tak hanya memberinya makan, namun juga memeriksakan kesehatannya dan menghujaninya dengan kasih sayang dan peluk cium. Kucing-kucing lainnya juga tak setuju.
Alhasil ia hanya boleh numpang makan dan tidur. Kubiarkan saja ia ikut makan dan sesekali ikut kuelus. Kata tetangga, ia sudah dianggap kucing milik tetangga di ujung. Namun entah kenapa ia lebih betah di rumahku.
Ya, sampai malam ini ia masih mengeong keras. Tak ada lelahnya. Besok bakal ada jawabannya. Apakah isi perutnya hanya makanan atau bayi-bayinya. Duh aku jadi penasaran.