Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Cerita Kaus Kaki Tradisional yang Dikemas Memikat dan Mengharukan Lewat Rikuoh

Diperbarui: 21 Juni 2024   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perusahaan kecil yang memproduksi tabi harus mencari peluang baru agar perusahaan mereka tak bangkrut (sumber gambar: JFF Online 2024) 

Drama Jepang alias dorama, baik berupa series maupun layar lebar kerap menyajikan cerita-cerita dengan isu budaya. Film-film tersebut di antaranya The Makanai: Cooking for the Maiko House tentang pelatihan geisha, Sanctuary tentang sumo, dan Chihayafuru tentang permainan tradisional karuta. 

Nah, pada Japanese Film Festival Online 2024 penonton diperkenalkan dengan tabi, kaus kaki tradisional, lewat drama series berjudul Rikuoh.

Film diawali dengan seorang pria paruh bayah yang berlari tergesa-gesa ke ruang produksi. Ia mendadak lesu ketika menjumpai mesin jahit untuk memproduksi tabinya rusak. 

Mereka tak memiliki suku cadangnya dan mesin jahit tersebut sudah tak diproduksi lagi. Ketika akhirnya menemukan komponen tersebut, waktu mereka untuk menyelesaikan pesanan tak cukup. Mereka pun terancam bangkrut.

Pria tersebut adalah direktur perusahaan Kohazeya bernama Koichi Miyazawa (Koji Yakusho). Ia merupakan generasi keempat dari perusahaan yang mengkhususkan diri memproduksi tabi. Ia salah satu dari sedikit perusahaan tabi yang masih eksis di Gyoda di Prefektur Saitama.

Selama tiga abad kota ini menjadi pusat produsen tabi. Namun sekarang pesanan tabi makin surut. Konsumennya makin menurun. Bahkan Kohazeya kini hanya memiliki 20 pegawai.

Miyazawa panik ketika mesin jahit tabi rusak (sumber gambar: Dailymotion) 

Terancam bangkrut, Miyazawa disarankan oleh seorang bankir untuk mencari peluang baru. Gagasan membuat sepatu lari ala tabi pun muncul ketika Miyazawa dan Daichi (Kento Yamazaki), putranya, menonton pertandingan maraton. Ia melihat sosok Mogi (Ryoma Takeuchi), yang hampir berhasil masuk ke garis finish namun kemudian mengalami cedera.

Miyazawa bersama para pegawainya pun kemudian dengan tekun menciptakan sepatu lari ala tabi. Ia berharap Mogi bisa menggunakannya karena sepatu tersebut didesain ringan, meminimalkan cedera, dan mendorong penggunanya untuk berlari secara alami. 

Namun, hambatan datang bertubi-tubi, dari pengetahuan mereka yang terbatas tentang sepatu lari, sulitnya mendapatkan pinjaman, desakan untuk melakukan PHK, hingga ulah para petinggi perusahaan besar di bidang sepatu yang takut tersaingi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline