Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Basri & Salma in a Never-ending Comedy, Kritik Sosial Ala Khozy Rizal

Diperbarui: 5 Juni 2024   00:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film pendek Basri and Salma in a Never-Ending Comedy karya sutradara Khozy Rizal mengikuti kompetisi di Festival Film Cannes 2023. | Dok. Hore Pictures via Kompas.com

 

Hari begitu cerah, membuat Salma (Rezki Chiki) dan Basri (Arham Rizki Saputra) leluasa menjalankan bisnis odong-odongnya. Ia juga nampaknya tak kekurangan anak-anak yang ingin memanfaatkan jasanya. Kehidupan pasangan suami istri ini nampak baik-baik saja sampai keduanya dipertanyakan sesuatu yang sensitif ketika mereka berkumpul di rumah bersama keluarga besar.  Cerita tentang pasutri yang belum memiliki momongan ini tersaji dalam Basri & Salma in a Never-ending Comedy.

Film Basri & Salma berhasil lolos tayang di Festival Cannes 2023 (Sumber gambar: Bioskop Online) 

Gara-gara belum memiliki keturunan setelah lima tahun menikah, Salma dan Basri banyak mendapat pertanyaan usil dari para saudara. Mereka terus menghujaninya dengan pertanyaan dan candaan yang vulgar. Hingga Basri kemudian nampak sering murung.

Film pendek garapan Khozy Rizal ini mengetengahkan hal yang umum di masyarakat yakni kepercayaan masyarakat tentang kehadiran anak di sebuah keluarga. Lewat dialog yang disampaikan oleh ibu dan saudara-saudara Basri, anak membawa rejeki bagi keluarga. Kehadirannya juga bisa membuat ramai sebuah keluarga dan membawa keharmonisan pasangan suami istri tersebut.

Basri dan Salma sering mendapat komentar usil gara-gara belum mendapat momongan (Sumber gambar: Bioskop Online) 


Tidak ada ruang bagi Salma dan Basri untuk menjelaskan kondisinya, apalagi menyampaikan pandangannya. Ibu dan saudara-saudara mereka terus menjejalinya dengan pentingnya keturunan dan kemudian meledeknya dengan candaan yang vulgar.

Naskah cerita yang ditulis oleh John Badalu dan Sue Turley ini memang usil dan unik. Keduanya menyampaikan keresahan dan kritik mereka dalam bahasa yang lugas, namun beberapa dialog terasa vulgar. Alhasil sebagian penonton mungkin akan merasa risih dan jengah mendengar candaan vulgar tersebut.

Para jajaran pemeran di sini memainkan perannya dengan luwes. Keberadaan extras anak-anak yang diperankan anak-anak setempat juga makin membuat film seperti bingkai kehidupan sehari-hari.

Basri tersenyum getir mendengar candaan vulgar saudara-saudaranya (Sumber gambar: Bioskop Online) 


Dari segi cerita, topiknya sederhana dan dekat dengan keseharian. Yang menarik di sini adalah cara Khozy mengemasnya dengan cara yang memikat. Di beberapa adegan ia menampilkan hal-hal yang kontras, seperti suasana malam dan gemerlapnya lampu-lampu dari odong-odong. Di bagian lain ada sosok Basri yang lesu di antara ibu dan saudara-saudaranya yang menari-nari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline