Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Kebiasaan Membaca dan Gerakan Membaca Buku di Tempat Umum

Diperbarui: 30 Mei 2024   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada berbagai buku gratis yang bisa dibaca di Halte TransJakarta (sumber gambar: instagram/bukukompas) 

Ada beragam cara menggiatkan kegiatan dan kebiasaan membaca di masyarakat, dari diskusi dan bedah buku, saling bertukar buku, gerakan membaca buku 17 halaman per hari, buku sastra masuk kurikulum, hingga membaca buku dengan nyaring. Belakangan ini gerakan membaca buku di tempat umum mulai digencarkan. 

Apakah kalian masih suka membawa satu dua buku di tas dan membacanya di taman atau di tempat-tempat lain ketika menunggu seseorang? Atau, apakah gawai kalian memiliki aplikasi pembaca buku dan perpustakaan daring, sehingga kalian bisa membacanya di mana saja? 

Dulu melihat orang-orang membawa buku bacaan dan membacanya di kereta atau di kendaraan umum lainnya adalah pemandangan umum. Aku juga dulu masih suka menyisipkan satu dua buku bacaan jika berlibur. Siapa tahu bisa membacanya di perjalanan. 

Namun setelah era medsos dengan segala distraksinya, kebiasaan membaca ini terasa menurun. Hal ini kualami sendiri. Perlu benar-benar fokus dan menyisihkan waktu sendiri  agar bisa membaca dan bebas dari distraksi. 

Hal ini juga dialami oleh sebagian kalangan.  Kebiasaan membaca yang paling merosot di kalangan yang benar-benar sulit lepas dari gawai dan medsos. Tingkat fokus merasa rendah. Mereka lebih suka scrolling video pendek dan status di medsos, daripada membaca buku, baik buku fisik maupun buku digital. 

Namun sebenarnya gawai dan medsos hanya salah satu faktor yang membuat minat orang-orang dalam membaca menurun. Masih ada faktor lainnya, seperti sarana prasarana dalam membaca, lingkungan, kondisi ekonomi, dan sebagainya. 

Nah, berdasarkan survei yang dilakukan Program of International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tahun 2022, Indonesia hanya mendapat skor 359 untuk kemampuan membaca siswa. Skor ini menempatkan Indonesia di peringkat 70 dari 81 negara. 

Kemampuan membaca menjadi salah satu poin yang diukur dalam PISA (sumber gambar: snapshot PISA 2022, OECD) 

Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia mendapat posisi hampir buncit, dengan Singapura (543) di posisi pertama, disusul Vietnam (462), Brunei (429), Malaysia (388), dan Thailand (379). Yang di bawah Indonesia ada Filipina (347) dan Kamboja (329).  Sedangkan tidak ada Myanmar dan Laos dalam laporan survei tersebut. 

Data dari UNESCO pada 2016 hanya 0.001% dari penduduk Indonesia yang punya kebiasaan membaca. Sehingga hanya 1 dari 1000 orang di Indonesia yang gemar membaca. Namun data dari BPS 2022 menunjukkan optimisme karena rata-rata durasi membaca orang Indonesia adalah 4-5 jam per minggu dengan 4-5 buku yang tuntas dibaca pertriwulan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline