Seekor kodok mengayuh sepedanya seorang diri melintasi bukit tandus. Ia membawa sekotak botol kaca yang kosong melompong. Perjalanannya tertahan ketika sepedanya oleng dan ia terjatuh.
Semangatnya hampir padam hingga ia melihat awan hitam melintas. Ia nekat melompat. Kisah kodok yang malang ini dikisahkan dalam animasi pendek berjudul Walter.
Dalam animasi berdurasi 6 menit 42 detik ini penonton diajak melihat kegigihan Walter untuk menemukan air bagi tanamannya. Ia rela mengayuh sepeda hingga berkilo-kilo meter agar tanamannya bisa tetap hidup. Hingga suatu ketika ada sesuatu yang menunggunya.
Animasi garapan Lorenzo Fresta ini memikat baik cerita maupun kualitas animasinya. Sepertinya ia terinspirasi dari animasi lansiran Studio Ghibli, gaya gambar dan warnanya selintas mengingatkanku pada animasi studio Jepang, baik dari desain karakter maupun desain gambar latarnya. Warna-warnanya sendiri memiliki tone yang cerah dan nyaman di mata.
Dari segi cerita, Walter ini fresh. Ceritanya membuat penonton ikut bersimpati pada sosok Walter. Ia membuat penonton trenyuh namun juga kagum akan semangatnya. Walter sungguh pemberani, ia menjadikan topinya sebagai parasut yang beberapa kali menyelamatkan nyawanya.
Suaranya jernih dan terasa riil dari hembusan angin, suara burung, hingga suara kelonteng botol dan bunyi sepeda. Rupanya divisi suara ini benar-benar diperhatikan oleh Lorenzo
Animasi yang dirilis tahun 2019 ini meraup banyak penghargaan. Di antaranya pemenang animasi terbaik di Los Angeles Festival of Cinema dan Rome Independent Film Festival pada 2020. Kalian bisa menyaksikannya di Youtube secara cuma-cuma.
Berikut video animasinya:
Nah selain Walter, ada lagi kisah seekor rubah yang juga kesulitan menemukan air untuk tanamannya. Si rubah akhirnya memberanikan diri untuk menuju ke dunia manusia. Kisah ini tersaji dalam The Song for Rain.