Pang: (melongok dari balik pintu) Grrr, ternyata kamu bersembunyi di sini... Bersiaplah...
Nero Manis: Duh apes banget nasibku. Kucing nakal itu masih mengejarku (mau nangis)
Si Pang dengan perlahan-lahan dan tatapan mata mengintimidasi memasuki ruangan. Tubuh Nero Manis seakan-akan kaku. Ia tak mampu bersembunyi ataupun berlari. Tubuhnya hanya gemetaran.
Nero Manis: Mak Cindil tolong aku... (suaranya begitu sedih dan ia pun mulai menangis. Ia begitu ketakutan).
Pang semakin mendekat. Nero Manis makin gemetaran. Tangisannya makin kencang. Tapi tak ada kucing lain yang ada di situ membantunya. Semua kucing lainnya sedang asyik bergoleran di halaman, termasuk Mak Cindil.
Bukannya langsung menyergap, Pang malah berjalan menyerong, menjauhi si Nero Manis.
Pang: Aku mau tidur siang di pojokan. Aku lagi malas kelahi sama kamu, apalagi ada manusia di situ. Bisa-bisa aku dijewer dan dikurung. Udah nangisnya nanti aja. Sembunyi yang baik ya...
Si Nero Manis masih menangis. Ia bisa ditenangkan dengan sekaleng makanan kesukaannya plus pijatan lembut di tubuhnya. Ia makan lahap dengan masih menangis. Sementara si Pang sudah pulas bertualang ke alam mimpi. Zzz....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H