Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

"Tiger Stripes", Masa Pubertas yang Dikemas Unik dan Imajinatif

Diperbarui: 1 November 2023   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu adegan film Tiger Stripes. (Arsip KawanKawan Media via Kompas.id)

Memasuki masa pubertas, emosi terasa bergejolak. Tubuh juga perlahan-lahan berubah. Inilah yang disorot dalam film penutup gelaran Jakarta Film Week 2023, Tiger Stripes.

Film Tiger Stripes berpusat pada sebuah sekolah dasar di Malaysia. Seorang murid bernama Zaffan (Zafreen Zairizal) dikenal begitu bersemangat dan berjiwa pemberontak. 

Ia mengajak kawan-kawannya, Farah (Deena Ezral) dan Mariam (Piqa) merekam aksi joget-jogetnya yang seronok, lalu mengajak mereka bermain-main di kawasan hutan dan sungai. Ia tak gentar meski akibat kenakalannya ia dimarahi pihak sekolah dan ibunya.

Hingga suatu ketika ia mengalami menstruasi pertama. Ia merasa jengah, apalagi kawan-kawannya mengejeknya, termasuk Farah. Lalu ia melihat sesuatu menyeramkan di hutan. Sejak itu ia merasa emosinya bergejolak, sikap dan mood-nya mudah berubah-ubah.

Ada apa dengan Zaffan setelah ia mengalami pubertas? (Sumber gambar: IMDb) 

Sebuah Film yang Unik, Imajinatif, dan Segar
Menyaksikan film Tiger Stripes ini aku merasa penulis naskah dan sutradara Amanda Nell Eu begitu berani dan eksploratif dalam mengeluarkan gagasannya. 

Tema pubertas dan periode haid adalah sesuatu yang sudah beberapa kali difilmkan, namun Amanda berani mengeluarkan segala imajinasinya dengan menggabungkan elemen lokal dan mitos yang berbau mistis supranatural.

Kultur Malaysia dan Indonesia sendiri tak jauh berbeda. Mitos-mitos tentang perempuan yang mengalami menstruasi di film ini juga sama dengan yang biasa kita dengar di Indonesia. 

Ada saran untuk mencuci pembalut dengan bersih sebelum dibuang karena kuatir dijilat makhluk gaib, misalnya. Lalu ada kecenderungan makhluk gaib tertarik dengan perempuan yang sedang haid, dan lain sebagainya. Oleh karenanya terasa dekat bagi penonton Indonesia, terutama kaum perempuan.

Amanda di film panjang debutnya ini tak hanya membubuhkan mitos-mitos tersebut, namun juga menabrakkan antara hal nyata dan sesuatu yang samar-samar, sehingga imajinasi penonton pun liar, menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi pada Zaffan. Ia juga memasukkan sentilan-sentilan ke kondisi sosial masyarakat di sana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline