Seorang pria paruh baya duduk lesu di pinggir trotoar. Tatapan matanya nanar memandangi jalanan yang sarat kendaraan. Beberapa kasur dagangannya berdiri di sekelilingnya. Setelah ia mengatur nafas, ia kembali berdiri, menata barang dagangannya dan kembali menjajakan kasur berkeliling ke gang demi gang.
Penjual kasur keliling beberapa kali kujumpai di sekitaran jalan Akses UI dan jalan menuju Mako Kopasus Cijantung. Mereka berjalan kaki memanggul beberapa kasur. Ada juga di antara mereka yang juga membawa bantal dan guling.
Berat. Aku yakin bawaan mereka sungguh berat. Selain itu cuaca juga ada kalanya tak bersahabat ada kalanya sinar matahari begitu menyengat, namun ada juga saat tetes-tetes hujan mulai berdatangan.
Mereka begitu tabah berkeliling untuk berjualan dengan barang dagangan yang berat. Mereka bukan orang-orang yang mudah patah semangat. Aku tidak tahu apakah setiap harinya ada yang membeli dagangan mereka. Tapi setiap kali berjumpa mereka, aku selalu mendoakan agar dagangan mereka laris, penjual kasur dan keluarganya juga bisa makan cukup setiap harinya.
Namun bukan hanya pedagang kasur yang membuat hatiku trenyuh karena aku tak bisa berbuat sesuatu. Beberapa kali juga kujumpai pedagang yang menjual tiang jemuran, menjual lemari kayu, hingga menjual lincak atau bale untuk duduk-duduk. Semuanya itu bukan benda yang ringan. Berat. Dan belum tentu laku setiap harinya. Dengan tabah mereka memasuki gang demi gang menjajakan barang dagangan mereka.
Aku tahu mereka orang yang ulet dan pekerja keras. Mereka tak malu menjual bak dan ember, lalu menaruh jualan mereka di atas kepala dan membunyikannya. Ada pula yang berjualan sepatu, pakaian, alas kaki, buku, dan masih banyak lagi dengan berjalan kaki setiap harinya.
Melihat jerih payah mereka, aku sering kali merasa malu dengan diriku. Mereka bekerja keras dan tak mengeluh.
Dalam hati aku berharap dagangan mereka laku dan mereka bisa makan cukup. Moga-moga suatu saat mereka bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik dan keluarga mereka juga hidup cukup.
Seorang bapak tua berjalan memasuki jalan kecil tak jauh dari RS Brimob Depok. Ia memanggul kasur dengan mata menekuri jalanan. Biasanya aku hanya diam dan berdoa untuknya. Tapi kali itu tidak. Aku menyapanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H