Indonesia negeri yang begitu kaya akan keragaman budaya. Berdasarkan data dari laman Kompas.com (3/2023) terdapat 1.340 suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Jumlah bahasa daerah di Indonesia nomor dua terbanyak di dunia. Dilansir dari data Ethnologue, Indonesia mempunyai 715 bahasa daerah. Sedangkan masakan daerahnya sendiri mencapai lebih dari 5.300 jenis dilansir dari Bisnis.com (8/2013). Akan sayang seandainya kekayaan budaya tersebut kemudian punah. Oleh karenanya aku mencoba ikut berkontribusi untuk merawat kekayaaan tradisi tersebut dengan cara yang bisa kulakukan, yakni lewat tulisan, buku, dan juga naskah film.
Siapapun bisa merawat seni dan tradisi lokal ataupun menggugat dan menyampaikan kegelisahannya akan kondisi dalam negeri yang dirasa jauh dari kata ideal. Mereka yang pandai merangkai kata bisa menulis cerita fiksi maupun artikel nonfiksi. Aku masih ingat dulu jatuh cinta dengan cerita-cerita karya Umar Kayam seperti serial Mangan Ora Makan Kumpul dan Para Priyayi karena ia cerdik memasukkan kritikan sosial lewat ceritanya yang santai dan kental dengan tradisi.
Lewat tokoh Pak Ageng dan para kru urusan rumah tangganya, hadir diskusi yang gayeng dengan bumbu aneka masakan sederhana yang menggugah selera. Aku tergugah dan merasa lapar ketika sangat penulis memasukkan penggeng ayam, sate usus lalu di cerita lain ada sayur brongkos, sayur asem, aneka lalapan dan sambal yang pedas namun bikin ketagihan.
Ada banyak kritikan tatanan sosial di dalam cerita-cerita Pak Ageng. Cerita yang sarat kritikan dengan nada yang lebih serius muncul dalam Para Priyayi.
Karya fiksi yang kental dengan tradisi juga lahir dalam tangan Andrea Hirata lewat tetralogi Laskar Pelangi. Lewat tokoh Ikal, Andrea mengungkapkan kegelisahan yang dialami warga Belitung, tradisinya, juga keindahan alam Belitung yang kemudian termasyur sehingga ada begitu banyak wisatawan yang berkunjung. Ketika difilmkan, Laskar Pelangi juga berhasil membius penonton sehingga masih menempati sepuluh besar film terlaris Indonesia sepanjang masa dengan 4.719.453 penonton.
Penulis skenario dan sutradara seperti Garin Nugroho dikenal sebagai salah sutradara yang kental merawat tradisi. Ada begitu banyak filmnya yang menyajikan kekayaan kultur seperti Opera Jawa, Under the Tree, dan, Nyai. Karakter filmnya yang sarat nilai kultural diteruskan oleh puteri dan menantunya, Kamila Andini dan Ifa Isfansyah. Keduanya melahirkan karya-karya yang berkualitas seperti Yuni dan Turah.
Aku memang belum bisa seperti Umar Kayam dan Garin Nugroho, aku hanya terinspirasi oleh semangat mereka dalam merawat tradisi dan mengungkapkan kegelisahan dengan cara yang mereka kuasai. Kucoba tuangkan kegelisahan dalam bentuk prosa dan puisi di Kompasiana dan blog pribadi. Ada kalanya tulisan tersebut keras dan menggigit tak sedikit yang lembut dan dibalut sejumlah kiasan.
Sudah lama aku membubuhkan masakan tradisional dan sentuhan tradisional dalam tulisan. Beberapa antologi dan buku yang kuikuti dengan unsur tradisi di antaranya Jelajah Kuliner Nusantara jilid 1 dan 2 bareng komunitas Karena Kompasiana, antologi buku Makanan Tradisional Indonesia bersama penerbit Genom. Masih seputar makanan, saya membuat buku solo kumpulan puisi berjudul Ketumbar & Lada dan 100 Puisi Kuliner Lainnya.
Setelah tulisan dan buku, kemudian aku tertarik menjajal dunia perfilman. Skenario pertama dan kedua buatanku yang kemudian diangkat ke dalam bentuk gambar bergerak semuanya mengangkat seni tradisi. Yang pertama adalah Jagaditta yang kental dengan nuansa khas Situbondo dan Jawa Timur serta menguraikan kegelisahan akan kondisi alam. Sedangkan yang kedua bertutur tentang tradisi Betawi dan masakan tradisional yang mulai langka.