Perasaan lega mengalir ketika sesi kedua acara Workshop Muspen Bestie berakhir. Selepas acara, kami asyik mengobrol membahas tentang film. Rupanya banyak peserta yang suka menulis dan ada yang senang membuat film animasi stop-motion.
Hari ini, Sabtu (27/5) KOMiK mendapat undangan dari Museum Penerangan untuk menjadi salah satu narasumber dan moderator acara bareng Muspen Bestie. Muspen Bestie adalah sebutan untuk para sahabat Museum Penerangan, yang suka akan museum dan ingin belajar banyak hal. Para anggotanya berasal dari berbagai kalangan dan usia. Ada yang masih anak-anak hingga yang sudah lanjut usia. Menarik.
Aku hadir sebagai narasumber mewakili KOMiK. Sebagai MC adalah moderator adalah Achmad Humaidy, yang juga admin KOMiK. Selain Muspen Bestie juga nampak beberapa Komiker. Mereka nampak antusias datang menyimak acara dari pagi hingga sore.
Panitia dari Muspen nampak rapi dan cekatan menyiapkan acara padahal acaranya tergolong dadakan, hanya dipersiapkan dalam 3-4 hari. Mereka menyiapkan snack, makan siang, merchandise, juga seloyang pizza mini untuk tiap peserta. Dijamin tidak kelaparan selama menimba ilmu.
Oleh karena aku datang sebagai wakil KOMiK, maka topik yang dibahas adalah menulis film sebagai blogger film. Bahasan menyangkut syarat menjadi blogger film, topik-topik yang dibahas selain ulasan film, cara mengulas film, hingga peluang yang bisa didapatkan ketika menjadi blogger film.
Oleh karena sesi kedua adalah seusai jam makan siang, maka beberapa peserta di awal nampak lesu. Tapi ketika mereka diajak mengobrol tentang film favorit, ternyata mereka sangat antusias. Ada yang membahas tentang misteri busana berwarna hijau yang dikenakan Badarawuhi dalam film KKN di Desa Penari. Ada juga yang dengan penuh semangat membahas perbedaan antara film animasi Suzume dan film-film Makoto Shinkai lainnya.
Pada sesi pertama, peserta diajak untuk membangkitkan minat menulis oleh kang Maman Suherman. Kang Maman banyak memberikan motivasi menulis seperti tajuk acara ini yaitu Aku Menulis Maka Aku Ada.
Menulis akan lebih mudah jika menulis hal yang diminati. Ketika dibayar tinggi tapi tak nyaman atau tak paham dengan topiknya, maka bakal berat melakukannya.
Menulis dari yang ringan, pendek-pendek, bisa dikumpulkan, nantinya bisa dibuat buku solo. Atau jika masih berat memiliki buku solo, maka bisa mengikuti event buku antologi. Tulisan-tulisan yang diikutkan dalam event antologi jika sudah banyak maka bisa dibukukan solo.
Kang Maman juga mengingatkan untuk jeli membaca kontrak penerbitan sebuah buku. Royalti buku cetak berbeda dengan buku digital (e-book), demikian juga ketika buku dibuat series atau film. Penulis harus jeli agar tidak dimanfaatkan oknum tertentu.