Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Cerita Inspiratif Ramadan, dari Berbagi Takjil Lintas Agama Hingga Momen Pembacaan Teks Proklamasi

Diperbarui: 9 April 2023   23:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umat Kristiani membagikan takjil ke para pengguna jalan (sumber gambar: Kompas.com) 

Seorang rekan kerja seniorku bercerita ia tengah mempersiapkan takjil untuk nanti dibagikan ke pengguna jalan yang lewat di sekitar rumahnya. Ia sendiri bukan muslim, namun seorang kristiani. Rupanya kebiasaan membagikan takjil dari pemeluk agama nonmuslim dilakukan di beberapa daerah di Indonesia. Ini menunjukkan terjaganya toleransi beragama dan jiwa solidaritas di kalangan masyarakat. 

Berbagi takjil ini sesuatu yang besar manfaatnya bagi mereka yang memerlukan.  Banyak di antara kita yang tak beruntung berbuka puasa bersama keluarga, melainkan masih dalam perjalanan ke rumah atau malah masih bekerja. Oleh karenanya ketika mendapatkan takjil untuk membatalkan puasa, hal tersebut sangat membantu. 

Bagi mereka yang perekonomiannya sedang sulit, mendapatkan takjil sangat menolong untuk berbuka puasa. Tak semua orang bisa mendapatkan makanan yang cukup untuk berbuka puasa. Oleh karenanya takjil ini sangat membantu mereka yang kekurangan. 

Jika kubaca di berbagai media, kebiasaan membagikan takjil lintas agama ini sudah lama dilakukan. Ada yang dari pemeluk agama Buddha, Kristen, Katholik, Khong Ho Chu, dan Hindu. Mereka membagikan dengan tulus dan sukacita untuk menunjukkan solidaritas dan meningkatkan  persaudaraan. 

Membaca berita dan mendengar kabar seperti ini bikin hati adem. Rasanya bangga hidup di Indonesia yang masyarakatnya majemuk namun menjunjung nilai-nilai toleransi. Memang realitanya masih ada kabar tak sedap tentang toleransi di beberapa daerah di tanah air. Hal ini disayangkan dan semoga segera teratasi karena kerukunan antarumat beragama saat penting, apalagi kita hidup di negara yang berbhineka. 

Nabi Muhammad SAW sendiri mencontohkan kepada umatnya dengan hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain. Beliau bergaul dan bersantap bersama pemeluk agama lain sebagai bentuk muamalah. 

Toleransi beragama sangatlah penting bagi negara Indonesia yang masyarakatnya majemuk. Hal ini juga selaras dengan nilai-nilai Pancasila dan tertera di butir-butir Pancasila. Para pendiri bangsa Indonesia, Bung Karno dan Bung Hatta, dalam memperjuangkan kemerdekaan negara ini juga bekerja sama dengan berbagai pihak tanpa melihat agamanya. 

Oh iya aku jadi ingat jika perumusan naskah proklamasi, pembacaan naskah proklamasi, pengesahan Undang-undang Dasar, hingga pengangkatan Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden diselenggarakan saat bulan Ramadan. 

Proses perumusan naskah proklamasi diadakan pada tanggal 16 Agustus 1945 atau 8 Ramadhan 1364 Hijriah. Dari cerita yang kubaca dari berbagai sumber, pada saat itu Bung Karno, Bung Hatta, Achmad Soebardjo disaksikan golongan muda dan perwakilan Jepang nampak sibuk berembug tentang isi naskah proklamasi di ruang makan Laksamana Maeda.

Tak terasa perumusan tersebut memakan waktu lama hingga menunjukkan sahur. Mereka sempat bersantap sahur sebelum kemudian pulang ke rumah masing-masing dan bersiap-siap untuk melakukan pembacaan naskah proklamasi pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di rumah Soekarno di Pegangsaan Timur Nomor 56.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline