Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Kritik dan Harapan terhadap Jakarta yang Tersaji dalam Animasi Lokal

Diperbarui: 1 April 2023   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana jika Monas ikut tenggelam jika masalah banjir, sampah, dan masalah lainnya tak ditangani dengan baik (sumber gambar: Viddsee) 

Ada banyak cara untuk menyampaikan kritik dan harapan terhadap kondisi sebuah kota. Salah satunya lewat rangkaian gambar indah yang menjadi sebuah film animasi berdurasi singkat. Tercatat ada beberapa animasi buatan studio lokal yang mengangkat isu tentang kota Jakarta.

Animasi pertama yang menyajikan kondisi Jakarta apa adanya adalah Surat untuk Jakarta. Animasi buatan Pijaru ini dirilis pada tahun 2016. Film animasi pendek berdurasi dua menitan ini berhasil meraih piala Citra untuk kategori animasi terbaik dan Hellofest untuk best picture pada tahun 2016.

Dalam animasi yang dikomandani Andre Sugianto, Ardhira Anugrah, dan Aditnya Prabaswara ini penonton bisa melihat kondisi lalu lintas di berbagai sudut Jakarta dari dini hari hingga malam hari. Visualnya sudah bagus, rapi, dan detail.

Gambar Stasiun di Jakarta terlihat dalam animasi Surat untuk Jakarta (sumber gambar: Pijaru) 

Landmark populer dan spot terkenal Jakarta tersaji dalam animasi ini. Ada Monumen Patung Dirgantara juga ada stasiun kereta api. Dalam gambar juga terlihat Pasaraya Manggarai dan bus Kopaja.

Video bisa dilihat di sini:

Ketika melihat animasi ini kita akan bernostalgia dengan kondisi Jakarta pada masa tersebut. Alhasil animasi pendek ini juga bisa jadi semacam dokumentasi sejarah.

Animasi berikutnya yang juga menyinggung Jakarta adalah animasi berjudul What About Mother Earth...? Film animasi pendek ini tayang di Jakarta Film Week 2022.

Tokoh utama animasi ini adalah seorang kakek bernama Dipo. Ia bertahan hidup di Jakarta yang alamnya telah rusak.

Diceritakan Jakarta pada tahun 2070 telah sangat berubah. Langit berwarna kelabu karena tingkat polisi yang berat. Setiap pejalan kaki harus menggunakan masker dan juga alat bantu pernafasan karena kandungan oksigen yang sangat terbatas di udara. Tak ada tanaman. 

Tapi suatu ketika Dipo menemukan tanaman. Ia membawanya pulang dan teringat akan masa lalu ketika Jakarta masih hijau dan langitnya tak begitu gelap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline