Di sebuah kota yang penuh dengan cerobong asap, dua sosok tersisihkan di masyarakat saling bersahabat. Mereka memiliki tujuan yang sama, untuk melihat bintang.
Film animasi Poupelle of Chimney Town yang diangkat dari buku anak terkenal karya Akihiro Nishino langsung membuatku jatuh cinta. Unsur distopia dan fantasi dalam anime ini memberikan kedalaman cerita namun tetap ringan untuk dinikmati.
Cerita berlatar di sebuah kota yang disebut Chimney Town karena kota itu penuh cerobong asap. Oleh karena langit pekat oleh asap maka warga tak pernah melihat langit malam penuh bintang.
Bruno si penjahit sering bercerita ke anak-anak dan warga kota tentang kisah petualangan. Ada petualangan bersama kapal juga bagaimana indahnya bintang. Cerita Bruno itu kemudian dianggap bualan. Ia dan keluarganya pun tersisihkan di masyarakat. Hingga kemudian ia dinyatakan hilang.
Putranya, Lubicchi, mengagumi ayahnya. Ia percaya dengan cerita-cerita ayahnya. Hal ini membuat dirinya juga dijauhi kawan-kawannya. Meskipun tubuhnya kecil dan ia takut ketinggian, ia memutuskan untuk menjadi pembersih cerobong asap. Ia berharap suatu kali dapat melihat bintang.
Suatu ketika ada pemandangan aneh di perayaan Halloween. Ada sosok yang menggunakan kostum terbuat dari rangkaian sampah. Namun ia tak bisa melepas kostumnya. Sebab, ia adalah manusia sampah.
Lubicchi kemudian membantunya kabur. Orang-orang menyebut manusia sampah itu monster dan sebaiknya disingkirkan. Lubbichi sebaliknya. Ia mengajaknya berteman dan memberinya nama Poupelle.
Apakah keduanya bisa mewujudkan mimpi mereka melihat bintang?
Saat aku kecil ada cerita anak-anak dengan unsur fantasi yang membuatku terkesan. Judulnya seingatku pelukis awan. Awan-awan kelabu diwarnai oleh anak-anak agar langit mereka semarak dan kota mereka tak lagi muram.