Aku berharap-harap cemas akan THR tahun ini. Apakah tahun ini THR-nya penuh atau THR-nya separuh dulu dan selebihnya dibayar akhir tahun seperti tahun-tahun lalu selama pandemi? Tentang peruntukan THR, aku jadi teringat saran kawanku untuk segera menghabiskannya saja.
Ia saat itu habis membaca buku yang memang judulnya provokatif. Aku lupa judul persisnya, seingatku judulnya "THR Habiskan Saja".
Kawanku sendiri memang tak gemar menabung. Oleh karenanya ketika menemukan buku tersebut, ia begitu senang. Ia menganggap buku tersebut adalah sepemikiran dengannya, kawan seperjuangannya dalam menghabiskan THR.
Tapi rupanya buku tersebut cerdik menggunakan judul yang provokatif. Isinya rupanya terbilang sederhana dan umum dijumpai tentang pos-pos pengeluaran THR.
Yang dimaksud menghabiskan THR di sini memang agar uang THR tersebut bisa benar-benar habis. Tapi tentunya cara tiap orang menghabiskan THR bisa berbeda satu sama lainnya.
Yang pertama adalah untuk membayar zakat fitrah dan zakat maal. Ini wajib bagi kaum muslim sehingga menjadi prioritas utama. Yang kedua adalah memberikan THR ke orang-orang yang membantu kita, misalnya ke asisten rumah tangga. Atau juga bisa patungan dengan para tetangga memberikan THR ke petugas sampah dan pak satpam di lingkungan rumah.
Berikutnya adalah memberikan hadiah ke orang tua dan keponakan kita. Baru yang berikutnya membeli keperluan hari raya, seperti kue, minuman, dan baju baru. Tapi diingatkan agar jangan berlebihan.
Pos berikutnya adalah pos untuk mudik. Biaya transportasi pastinya besar, apalagi yang sudah berkeluarga. Naik kereta, naik bus, naik pesawat, atau bawa kendaraan pribadi memiliki plus minus masing-masing. Biaya yang dikeluarkan tentunya juga berbeda.
Dan yang terakhir dana THR yang tersisa dihabiskan dengan ditabung ke reksadana atau dibelikan emas logam. Habis deh hahaha.
Kawanku merasa tertipu karena rupanya masih ada unsur menabung. Kami tergelak.