Aku memutar otak untuk hidangan plant based hari itu. Di kulkas hanya ada jagung. Andaikata kubuat jagung rebus saja sepertinya kurang variasi. Maka kupipil jagung tersebut, kutambahkan oat meal beberapa sendok, gula dua sendok , lalu kutambahkan air dan kublender.
Setelahnya kumasak di atas api kecil hingga mengental. Jadilah bubur oat jagung yang mengenyangkan. Itulah menu plant based (menu nabati) hari itu.
Sejak awal Januari, aku mencoba konsisten memasukkan satu menu nabati setiap harinya. Awalnya terasa berat, namun lama-kelamaan aku mulai terbiasa. Tubuhku juga mulai beradaptasi.
Tidak, aku bukan vegan. Aku juga bukan vegetarian. Memang konsep menu nabati seperti menunya mereka yang telah memiliki gaya hidup vegan, tanpa produk hewani seperti telur, keju, ataupun susu. Namun aku hanya menerapkan satu menu nabati setiap harinya, bisa saat sarapan, makan siang, atau makan malam. Dua waktu makan lainnya aku masih bisa menyantap makanan apa saja, termasuk yang memiliki unsur hewani.
Ya, aku bukan vegan atau vegetarian, aku sekadar flexitarian. Dan ini pun baru berjalan 20 hari.
Apa itu flexitarian? Flexitarian berasal dari dua kata fleksibel dan vegetarian.
Tujuannya, menyeimbangkan antara porsi makanan hewani dan makanan nabati. Sebenarnya sih konsepnya hampir mirip-mirip dengan makanan sehat lima sempurna atau isi piringmu dengan keragaman isi, termasuk sayuran dan buah-buahan.
Para flexitarian masih menyantap makanan non nabati, seperti ikan, daging,telur, juga produk-produk susu dan turunannya. Ya seperti namanya, fleksibel, masih bisa makan apa saja, hanya sedikit demi sedikit porsi hewaninya dikurangi dan porsi menu nabatinya ditambah.
Selain berupaya agar hidup lebih sehat, ada satu tujuan demi kontribusi bagi alam lingkungan dari para flexitarian juga mereka yang telah menyandang status vegan ataupun vegetarian. Tujuan tersebut yakni meminimalkan jejak karbon. Jadi sebenarnya bukan hanya konsumsi minyak bumi dan batubara yang banyak meninggalkan jejak karbon, menyantap makanan hewani sebenarnya juga banyak meninggalkan jejak tersebut.
Jejak karbon sendiri adalah jumlah gas rumah kaca yang diperoleh dari kegiatan individu sehari-hari, termasuk karbon dioksida dan gas metana. Kegiatan yang menghasilkan karbon per individu bisa berupa konsumsi daya listrik, penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi, dan emisi makanan.