Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Dua Versi Film "Yuni", Berikut Perbedaannya

Diperbarui: 11 Desember 2021   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film "Yuni" kaya akan pesan (sumber gambar: CNN Indonesia)

Film "Yuni" rupanya memiliki dua versi. Versi pertama adalah versi festival yang sempat kutonton secara daring di Vancouver International Film Festival (VIFF) pada awal Oktober 2021. Selanjutnya juga ada versi bioskop,tayang reguler mulai Kamis (9/12), yang memiliki durasi lebih panjang sekitaran 30 menit. Lantas apa saja bedanya "Yuni" versi festival dan versi bioskop.

Ups artikel ini mengandung spoiler. Disarankan untuk membacanya setelah menyaksikan filmnya.

Jawaban dari perbedaan versi itu ada banyak. Yang utama adalah kesan yang didapatkan selama menyaksikan film. Ada kesan yang berbeda kudapatkan setelah menyaksikan versi festival internasional dan versi bioskop.

Kesan berbeda ini didapatkan dari penambahan durasi sehingga cerita makin detail. Lalu perubahan di adegan penutup  juga ada perubahan di urutan cerita.

Dalam versi festival, sorotan utamanya adalah Yuni. Siapa Yuni, mimpi dan halangan yang dialaminya. Lengkap dengan musikalisasi "Hujan Bulan Juni" yang pas menggambarkan situasi yang dialami Yuni. Hal ini juga diperkuat dengan cerita Yuni yang gemar warna ungu.

Sedangkan dalam versi bioskop, problema Yuni sebagai anak perempuan di Banten yang lebih disorot. Bagaimana 'doktrin', lingkungan, dan orang-orang sekelilingnya seperti memenjara sosok Yuni yang cerdas dan aktif.

Inti ceritanya sama. Dikisahkan Yuni yang lahir bulan Juni adalah gadis cerdas dan aktif. Ia sebenarnya ingin melanjutkan sekolah, namun lingkungan sekelilingnya rata-rata lebih mengutamakan pernikahan selekasnya bagi perempuan.

Urusan dapur, sumur, dan kasur, terus-menerus didoktrikkan ke anak perempuan. Mau nanti rumah tangganya berhasil atau gagal itu urusan nanti. Yang penting cepat 'laku' dulu.

Hingga suatu ketika Yuni mendapatkan lamaran. Lamaran pertama ia coba tampik. Lamaran kedua, ia ragu-ragu. Ada pamali bakal susah jodoh apabila seorang gadis menampik lamaran kali kedua. Apa yang kemudian dilakukan oleh Yuni.

Ya, film ini banyak mengupas sisi kultur dan sisi sosial kemasyarakatan di sekitaran Cilegon yang masuk Banten. Bahasanya yang banyak dipakai dalam film ini adalah Jawa Serang, dengan kata 'sire' untuk kamu dan 'kite' untuk aku.

Dari sini ada mulailah spoiler-nya. Mudah-mudahan tidak banyak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline