Berbagai suku di Indonesia meyakini ruh alias spirit leluhur tidak pernah meninggalkan desa mereka. Spirit leluhur memberikan pengayoman dan perlindungan bagi anak cucunya. Ketika terjadi sebuah peristiwa kebakaran desa di desa Sodan, Sumba Barat, para sesepuh merasa spirit leluhur mereka ikut pergi. Mereka pun berencana melakukan ritual untuk memanggil ruh leluhur. Aktivitas tersebut terekam dalam film dokumenter berjudul "Marapu: Fire & Ritual".
Marapu adalah sebuah kepercayaan yang dianut sebagian orang Sumba. Mereka memuliakan ruh atau arwah leluhur. Pemeluk Marapu meyakini leluhur mereka hidup kekal di dunia ruh.
Para leluhur yang semasa hidupnya berbuat baik dan memenuhi norma adat maka akan memasuki Parai Marapu. Para Marapu akan melindungi anak keturunannya dan menjadi perantara antara dunia manusia dan duniah ruh juga perantara dengan Penciptanya.
Dalam film berjudul "Marapu: Fire & Ritual" ini ada alasan khusus mengapa ada warga yang mengusulkan untuk melakukan ritual pemanggilan Marapu. Ritual Yaiwo.
Pengusulnya adalah Rato Ledi. Ia adalah paman Poho Maga. Ia meyakini ruh leluhur mereka lenyap sejak peristiwa desa terbakar.
Rato Ledi merasa bersalah dan ikut bertanggung jawab atas ulah keponakannya, Poho Maga. Keponakannya kehilangan anaknya yang tak tertolong saat sakit. Karena begitu sedih dan marahnya, ia diduga kerasukan setan dan kemudian mengamuk membabi buta. Ia membakar desa yang telah berusia seribu tahun. Ia juga membunuh kuda dan salah satu warga.
Poho Maga sudah ditangkap. Namun setan kembali hadir dan merasuki adik Poho Maga setahun kemudian, sehingga si adik harus dipasung di tempat khusus.
Rato Ledi pun berupaya untuk mengembalikan reputasi keluarganya. Namun yang lebih utama adalah menyatukan warga desa dan mengembalikan ruh Marapu ke desa agar desa kembali nyaman dan damai seperti dulu.
Ia mengusulkan agar diadakan ritual suci empat hari dengan tarian, doa, dan pengorbanan berupa kerbau dan hewan ternak lainnya. Namun tak semua tetua setuju.
Merupakan Kisah Nyata
Film ini jadi film yang kunanti di Jakarta Film Week 2021. Untungnya film ini juga tayang secara hybrid. Waktu itu saya menyaksikannya di platform Vidio. Nah film ini juga tayang di Jogja-Netpac Asia Festival Film (JAFF) yang berlangsung hingga 4 Desember 2021.