Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

"Fox in a Hole", Ketika Murid dan Guru Terkukung Trauma dan Amarah

Diperbarui: 18 September 2021   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fox in a Hole | tangkapan layar dari goldengirls.at

"Before he can save them, he has to forgive himself".

Adalah Hannes Fuchs alias Fox yang ditunjuk sebagai guru pengganti sekolah di lembaga pemasyarakatan khusus remaja. Selama berhari-hari ia menjadi asisten dari guru yang akan digantikannya. 

Kisah guru dan murid yang terkukung trauma dan amarah di lembaga pemasyarakatan ini tersaji dalam film Austria berjudul "Fox in a Hole" alias "Fuchs im Bau". Film ini tayang mulai hari ini di Europe on Screen 2021.

Elisabeth Berger (Maria Hofsttter), guru yang akan digantikan oleh Fuchs (Aleksandar Petrovi), adalah seorang perempuan berumur yang memiliki gaya mengajar yang tidak konvensional. Ia suka menghadiahi murid-muridnya dengan apel dan kopi bila mereka berusaha menjawab pertanyaannya.

Dua pengajar beda generasi dan metode mengajar ini sebenarnya juga menyimpan trauma | sumber gambar: goldengirls.at

Ia tahu mereka suatu ketika akan kembali ke dunia luar dan beradaptasi dengan dunia tersebut. Untuk itu Elizabeth berharap murid-muridnya tetap termotivasi untuk mengembangkan kemampuan mereka masing-masing dan tidak kembali ke dunia hitam.

Di lain waktu ia mengajak murid-muridnya menggambar dan belajar memasak strudel. Murid-muridnya yang badung tersebut sebelumnya merupakan pelaku tindak kriminal seperti pelaku percobaan pembunuhan, perampok, pencuri, dan sebagainya. 

Meski bandel, di kelas mereka menghormati guru tua tersebut. Sementara Fuchs merasa dirinya hanya sebagai asisten, disuruh ini itu oleh Elisabeth dan direndahkan para siswa.

Elisabeth sendiri sering mendapat peringatan dari petugas LP, terutama kepala departemen. Mereka was-was para remaja tersebut kabur atau melakukan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri. Hingga suatu ketika seorang napi remaja perempuan, Samira (Luna Jordan) melakukan percobaan bunuh diri dengan benda yang ada di kelas seni.

Sebenarnya bukan hanya murid yang bermasalah, si pengajar juga memiliki masalah sendiri | sumber gambar: IMDb

Film yang dibesut oleh Arman T. Riahi ini menarik berkat jalan cerita yang tak biasa, pengambilan gambar yang menawan dan jajaran pemain yang apik. Dialog-dialognya pun bernas.

Film ini multikultural, menggambarkan para remaja dari berbagai etnis dan negara, seperti Turki dan Bosnia. Juga ada murid yang merupakan muslim. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline