Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

15 Menit Menulis Ditemani "Sleepwalking"

Diperbarui: 21 Juni 2021   23:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menulis 15 Menit (sumber: Pixabay/expresswriters )

Waktu terus bergulir. Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 23.36 WIB. Sebentar lagi hari akan berganti. Aku belum menulis di Kompasiana sama sekali. Buntu rasanya untuk menulis. Akhirnya kuputar "Sleepwalking". 

Belakangan ini aku 'kecanduan' mendengar lagu ini, apalagi versi live-nya. Lagu ini pada kesan pertama biasa saja, tapi ketika kedua, ketiga, keempat kali kuputar, aku pun menyukainya. Paket komplet. Dari awal lagu berupa intro, jeda lagu, hingga outro lagu, aku seperti terhipnotis. Liriknya juga menarik disimak. 

Lagu ini milik Bring Me The Horizon. Band cadas asal Inggris. Lagu ini masuk dalam album "Sempiternal" yang dirilis  pada tahun 2013.  Satu album dengan lagu favoritku lainnya, "Shadow Moses". 

Ketika menyaksikan tembang ini dibawakan bersama orkestra di Royal Albert Hall, aku semakin takjub. Aku tak menyangka lagu ini jadi makin magis dan menyihir ketika ditampilkan bersama orkestra. Perpaduan irama cadas yang bertenaga dan musik orkestra yang megah.

Lirik lagu ini sedih. Menyiratkan seseorang yang rasa bersalahnya terus menghantuinya. Ia seperti seseorang yang tidur sambil berjalan. Waktu demi waktu perasaan bersalah itu makin menyedot dirinya. 

Time stood still the way it did before
It's like I'm sleepwalking
Fell into another hole again
It's like I'm sleepwalking


Aku hanya ingin menulis selama 15 menit dan entah apa yang kuhasilkan dari tulisan  dengan waktu singkat dan ditemani tembang "Sleepwalking" yang kuputar berulang-ulang. Aku jadi makin ingin suatu ketika menyaksikan konser Bring Me The Horizon. Mungkinkah mereka akan kembali konser ke Jakarta. Hemmm semoga iya. 

Ini tulisan yang tak terarah. Aku menulis seketika di laman editor Kompasiana. Kubiarkan jemariku bergerak. Mataku rasanya masih belum menyerah, masih belum ingin ke peraduan. 

Bagaimana bila suatu ketika banyak pemimpin yang merasa bersalah karena kurang tegas dalam soal menangani pandemi atau mereka yang tak segan ikut terlibat di korupsi dana bansos selama pandemi. Apakah kesalahan itu akan menghantuinya seperti dalam lagu ini? Entahlah, aku masih ingin mendengar lagu ini sekali lagi sebelum terlelap. 

Selamat beristirahat teman-teman!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline