Mengikuti kajian agama dan halal bihalal saja bisa dilakukan virtual, bagaimana dengan buka bersama virtual? Ternyata bukber virtual juga mulai banyak diadakan. Meski bukber dengan cara ini lazim pada masa pandemi ini, tapi perlu diperhatikan juga plus minusnya.
Pandemi mengakselerasi implementasi transformasi digital. Transformasi digital ini mulai terasa di segala aspek kehidupan, dari cara bekerja, mendapatkan ilmu, dan juga bersosialisasi. Kini masyarakat sudah mulai terbiasa dengan sekolah dan kuliah online alias daring, mengikuti webinar ini itu, kursus masak daring, hingga melakukan pertemuan dan konferensi pers secara daring.
Dari gaya hidup perlahan-lahan juga mulai beradaptasi. Kini juga mulai dijumpai reuni online dan nobar online. Di aspek agama, kajian agama juga bisa diikuti secara online. Bahkan juga ada doa bersama dan tahlilan online, serta halal bihalal online.
Entah bagaimana nanti ketika situasi dunia sudah mulai normal. Atau mungkin ke depannya sulit untuk normal dalam artian gaya hidup seperti dulu sebelum era pandemi, kita akan terbiasa dengan gaya hidup 'new normal', dengan ada pilihan untuk melakukan sesuatunya secara online.
Kembali dengan bukber online alias virtual, bukber ala virtual ini mulai dikenalkan sejak Ramadan tahun lalu. Ia juga disebut bukber daring dan 'remote iftars'.
Latar belakang bukber virtual ini dikarenakan banyak masyarakat yang kesepian pada masa pandemi ini, sementara pertemuan dan perjalanan dibatasi. Ada yang tidak bisa pulang ke kampung halamannya dan sebagainya.
Oleh karenanya mereka memanfaatkan ruang virtual untuk bertemu dan berbuka puasa. Baik berbuka puasa bersama teman-teman, sanak saudara, atau sekaligus sebagai momentum reunian.
Memang bukber virtual ini tidak bisa menggantikan bukber secara riil di mana bisa bersalaman atau bertemu secara fisik dan bersantap bersama di satu tempat. Tapi setidaknya bukber virtual ini bisa menjadi obat kangen dan membuat kita tidak merasa sendirian.
Tak sedikit yang merancang dengan sungguh-sungguh kegiatan buka puasa bersama secara virtual ini. Mereka menentukan tuan rumah bukber, lalu membuat dan menyebarkan undangan seperti buka bersama pada umumnya.
Setelah itu acara bukber pun memiliki dress code, misal semua peserta mengenakan baju serba warna pastel. Lalu ada urutan acara, dari pembukaan oleh tuan rumah, kultum, game, dan bisa pengumpulan donasi, lalu ditutup dengan doa sambil menunggu adzan tiba. Acara ditutup dengan makan hidangan berbuka puasa secara bersama.
Ada pula yang sebelum acara buka bersama, menentukan menu. Menu saat bukber nanti misalnya serba seafood. Atau yang lebih unik yaitu berkirim makanan secara undian. Misalnya si A harus mengirim makanan ke B, si Y kirim ke D dan lain-lain. Jelang waktu berbuka puasa, kiriman itu baru dibuka secara serentak. Tapi cara ini secara praktiknya agak susah sih bila pesertanya dari berbagai pulau atau dari berbagai negara.