Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Tentang Antologi "Semua Bisa Menulis"

Diperbarui: 2 Januari 2021   19:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua Bisa Menulis antologi tentang tips menulis bagi pelajar (dokpri)

Menulis keroyokan atau yang juga disebut bunga rampai dan antologi itu menyenangkannya. Antologi adalah salah satu cara cepat memiliki buku yang memajang tulisan kita. Baru-baru ini lahir buku antologi berjudul "Semua Bisa Menulis" yang merupakan buah event dari Komunitas Penulis Berbalas, salah satu komunitas di Kompasiana.

Pada bukan November aku menerima pesan dari Bu Swarna, Kompasianer anggota Komunitas Penulis Berbalas. Ia memberitahuku bahwa saat itu sedang dilakukan proses pencetakan buku buah Aliz Event for Library yang diadakan bulan Juni silam. Karena ada tulisanku, aku memesannya. Lumayan buat nambah portofolio menulis, apalagi ber-ISBN.

Buku ini kemudian tiba di tanganku. Dengan sampul berwarna hitam putih, bukunya nampak modern minimalis. Bagian sampul belakangnya juga hanya gambar pena, tanpa ada bulk dan endorse. Tidak masalah sih bagiku. Tapi mungkin perlu bila buku dikomersialisasikan kelak.

Ada 32 tulisan dari 26 penulis di dalamnya. Mereka di antaranya adalah Aminuddin Malewa, Anis Hidayatie, Anwar Effendi, Any Sukamto, Apriani Dinni, Ari Budiyanti, Budi Susilo, Dewi Naharia, Elang Salamina, Fitri Fadziatul, Hamdali Anton, dan masih banyak lagi.

Tebal bukunya mencapai 137 halaman. Tulisan-tulisan di sini memiliki benang merah berupa tips menulis bagi para remaja dan juga bisa dibaca oleh penulis pemula. Tapi tak sedikit yang juga bisa dibaca oleh Kompasianer yang sudah piawai menulis, seperti cara menulis sejarah dan menulis fiksi.

Ya, tulisan Kompasianer bernama Aminuddin Maladewa menarik perhatianku.Judulnya "Cari Ide Menulis? Cobalah Mengulas Sejarah".

Tulisannya berkisah tentang keengganannya dengan tugas mengarang tapi malah bersemangat mengarang ketika pelajaran lainnya seperti Fisika dan sebagainya. Ia kemudian menantang kita untuk menulis sejarah.

Sejarah di sini bukan hanya tentang sejarah orang-orang besar, tapi bisa dimulai dengan yang ada di sekitar kita. Misalnya silsilah keluarga, tentang awal mula berdirinya desa, tentang alat bertani dan sebagainya. Lalu tambahkan referensi, data, dan dokumentasi yang relevan di dalamnya agar lebih akurat.

Aminuddin lalu menyitir kalimat William Shakespeare bahwa selalu ada sejarah dalam kehidupan manusia. Ia juga mencontohkan sistem Subak di Bali yang kemudian menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO karena didukung dokumentasi, dan kisah dari para petani di Bali.

Selain tips menulis dengan tema sejarah, ada banyak tips menulis lainnya. Buku ini bisa dibagikan ke keponakan, adik dan kaum pelajar sehingga mereka tergerak untuk menulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline