Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

"You and I", Film Dokumenter tentang Dua Perempuan Mantan Tahanan Politik

Diperbarui: 31 Agustus 2021   22:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potret kehidupan eks tapol dalam film dokumenter (sumber gambar Fanny Chotimah di VOA Indonesia)

Bagaimana bila kalian hidup bertahun-tahun dan menua bersama dengan seseorang yang sudah kalian anggap sebagai saudara sendiri?

Adalah Kaminah dan Kusdalini yang ditangkap karena tindakan pemerintah yang saat itu begitu keras terhadap mereka yang diduga terlibat dengan kegiatan PKI. Padahal keduanya saat itu adalah pelajar yang senang berkegiatan di paduan suara. Mereka senang bernyanyi dan berorganisasi.

Kaminah dan Kusdalini berasal dari organisasi paduan suara yang berbeda. Mereka baru dipertemukan di lembaga permasyarakatan. Kusdalini yang lebih tua empat tahun menjadi semacam kakak bagi Kaminah.

Kaminah sedih ketika Kusdalini bebas lebih dulu. Kusdalini kemudian rajin menjenguknya dan membawakannya makanan agar ia tak muram.

Setelah Kaminah bebas, ia tinggal bersama Kusdalini dan neneknya. Keluarga Kaminah mengucilkannya karena pada masa itu mereka yang diduga terlibat dengan PKI mendapat stigma negatif di masyarakat.

Akhirnya Kaminah bertahun-tahun hidup bersama Kusdalini, seperti kakak dan adik. Hingga hanya mereka berdua yang tinggal di rumah tersebut dan mereka pun menyambung hidup dengan hanya berjualan kerupuk yang digoreng sendiri.

Kehidupan mereka yang sederhana relatif damai, hingga suatu ketika Kusdalini harus dilarikan ke rumah sakit.

Korban dari Stigma Masyarakat
Selama satu jam lebih penonton diajak menyelami kehidupan masa tua Kaminah dan Kusdalini. Cerita masa lalu hanya diceritakan sepotong-potong, dari bagaimana Kaminah kemudian hidup bersama Kusdalini, membantu nenek Kusdalini berjualan soto, hingga kehidupan keduanya yang terasa sepi setiap harinya, hanya berdua.

Keduanya adalah korban stigma masyarakat. Ada cap yang menempel di mereka sebagai mantan tahanan politik. Kaminah dikucilkan keluarganya. Keduanya tak bisa menikah, tak bisa lagi melanjutkan sekolah dan bekerja. Mereka seolah-olah mendapat stempel perempuan yang tidak baik. Namun keduanya tabah dan saling menguatkan.

Mereka menyambung hidup dengan berjualan kerupuk (sumber gambar Fanny Chotimah di VOA Indonesia)

Dalam film ini penonton diajak melihat kehidupan sehari-hari Kaminah dan Kusdalini. Keduanya sudah begitu tua, usianya berkisar 70 dan 74 pada masa itu. Meski demikian mereka masih aktif berkegiatan. Mereka mencuci pakaian dan memasak sendiri. Kadang-kadang mereka pergi naik angkutan umum menghadiri pertemuan. Kusdalini naik angkutan umum dengan susah payah karena kakinya mulai lemah.

Tak ada bantuan dari pemerintah daerah, mereka menopang hidup dengan berjualan kerupuk dengan penghasilan yang tak seberapa. Warung soto mereka sudah dijual. Ada kalanya tetangga dan anak-anak muda di sekitarnya memberi mereka makanan dan membantu membenahi atap mereka yang bocor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline