Suami tukang sayur itu melayani pembeli yang ingin ikannya dibersihkan dan dipotong-potong. Dengan pisau yang tajam, jemarinya lincah mengeluarkan isi perut lalu membersihkan sisik ikan itu tak jauh dari selokan. Ia kemudian menguyur ikan tersebut. Air tersebut nampaknya langsung mengalir ke selokan, bersama sejumlah limbah rumah tangga lainnya.
Air bekas mencuci beras, ikan, dan bahan makanan lainnya; busa sisa mencuci pakaian dan alat makan adalah contoh-contoh di antara sekian banyak ragam limbah domestik atau limbah rumah tangga. Limbah domestik turut berperan dalam peningkatan pencemaran lingkungan. Yang mudah terlihat adalah penurunan kualitas air tanah dan pencemaran sungai.
Dulu air tanah di kawasan Kalisari dan Cijantung Jakarta Timur, kawasan tempat tinggalku, dikenal berkualitas bagus. Lahannya masih banyak pepohonan ketika kali pertama aku pindah ke sini. Bahkan berdasarkan uji lab dulu air tanahnya masih layak minum.
Tapi itu dulu. Tahun bertambah tahun jumlah penduduk yang menetap di Kalisari dan Cijantung semakin banyak. Wilayahnya semakin padat pemukiman. Ini juga berdampak ke makin banyaknya limbah pemukiman dan kualitas air tanah.
Sekitar 2-3 tahun terakhir, berdasarkan pengaduan masyarakat di Kelurahan Kalisari yang dikutip untuk penelitian mahasiswa UNJ, terjadi kasus diare yang meningkat dikarenakan mengonsumsi air tanah untuk sumber air minum. Oleh karenanya sebagian masyarakat pun kemudian berpindah menggunakan air pipa dan membeli air kemasan untuk kebutuhan air bersih dan air minum. Aku pun sudah lama bergantung ke air galon Aqua untuk sumber air minum.
Gotong-Royong Jaga Kualitas Air dan Kurangi Pencemaran
Banjir dan pencemaran air menjadi dua momok di kawasan tempat tinggalku. Sebenarnya di kawasanku tak pernah banjir, namun beberapa kali air selokan meluap ketika hujan deras yang lama. Rupanya sampah yang hanyut oleh air menyumbat selokan sehingga air hujan pun meluap.
Kontur di kawasan tempat tinggalku unik, naik turun. Aku kebagian berada di tengah. Dua blok dari rumahku konturnya paling rendah, ada sekitar 2-2,5 meter perbedaan ketinggiannya.
Oleh karenanya blok tempat tinggalku sering terkena limpasan air hujan dan sampah yang hanyut dan masuk ke selokan. Yang paling kasihan adalah mereka yang tinggal di kontur terbawah, kena air limpasan dari mana-mana.
Tak baik saling menyalahkan, akhirnya selokan pun diberi semacam sekat-sekat seperti jeruji. Tiap 2-3 meter selokan diberi jeruji.Tujuannya agar sampah di tempat tersebut bisa menyangkut di sana dan tidak lari ke daerah yang lebih bawah. Sampah yang menyangkut di selokan tersebut menjadi kewajiban bagi penghuni di wilayah tersebut untuk membersihkannya.
Dari pengamatanku sampah yang terbanyak menyangkut di jeruji adalah sampah bungkus plastik dan dedaunan. Sampah plastik ini sepertinya terjatuh dari tong sampah yang mungkin terlalu penuh.