Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Film Pendek Pemenang FFI 2020 "Jemari yang Menari di Atas Luka-Luka", Tanpa Dialog Tetap Memikat

Diperbarui: 7 Desember 2020   16:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film pendek pemenang FFI 2020 (kredit:Bekantan Pictures)

Festival Film Indonesia 2020 telah dihelat 5 Desember lalu. Daftar pemenangnya tentunya menarik perhatian, terutama ke film-film yang belum banyak diketahui awam. Salah satunya adalah pemenang kategori Film Pendek Terbaik FFI, yang diraih oleh film berjudul "Jemari yang Menari di Atas Luka-Luka".

Film pendek ini rupanya sedang tayang di festival film Laos, yaitu Luang Prabang Film Festival 2020. Ia bisa dinikmati cuma-cuma selama penyelenggaraan film hingga Kamis siang (10/12) secara daring. Film ini memiliki judul internasional "Golden Frames in The Closet".

Aku pun penasaran untuk menyaksikan film berdurasi 16 menitan ini. Seketika aku jatuh cinta dengan film besutan Putri Sarah Amelia ini.

Filmnya sederhana. Ia hanya mengambil lokasi di sebuah rumah. Ruang tengah dan kamar adalah yang sering disorot oleh kamera.

Pembuka film adalah adegan dua perempuan yang sedang mereguk teh dan satunya merokok. Ekspresi keduanya seperti menyimpan persoalan.

Film pendek ini tanpa dialog (sumber: Bekantan Pictures)

Lalu perempuan yang lebih muda masuk ke dalam kamar. Di sana ia melihat mayat pria muda yang sedang terbujur kaku di atas tempat tidur. Ia diminta untuk meriasnya, mendandaninya dan memakaikan baju, sebelum upacara pemakaman dimulai.

Ia memiliki waktu tak banyak. Sementara ibu si pemuda tersebut menyiapkan tempat dan makanan. Ia juga menyiapkan baju yang akan dikenakan oleh almarhum.

Tugasnya sebenarnya mudah, hanya merias almarhum. Namun ada sesuatu yang menggelisahkan si perias hingga ia merasai sebuah dilema.

Gestur Para Pemeran yang Patut Diapresiasi
Dalam film ini nyawa utamanya adalah gestur dan penjiwaan pemeran utamanya. Wani Siregar dan Bonita, pemeran kedua wanita tersebut berhasil menyampaikan rasa sedih, kekuatiran, dan dilema mereka lewat mimik dan gestur mereka. Tatapan mereka memberikan makna.

Tanpa dialog, penonton bisa memahami apa yang terjadi sebenarnya lewat performa akting mereka juga kelihaian para kru menampilkan sesuatu yang bisa dijadikan penunjuk bagi si penonton.

Visualnya minimalis namun juga memikat. Hanya yang penting-penting saja ditonjolkan, untuk mendukung xeeita. Musiknya juga berhasil berhasil memberikan kontribusi emosi, seperti "I'll Take You Home", "Nista", dan "La Memoire".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline