Pernikahan dini yang menimpa para perempuan yang baru menginjak masa remaja masih marak terjadi di Pakistan. Mereka sulit berontak kepada orang tua dan tradisi setempat. Cerita sedih ini yang menimpa remaja perempuan dikisahkan lewat film animasi pendek "Sitara: Let Girls Dream".
Diceritakan dalam animasi produksi Waadi Animations bekerja sama dengan Netflix ini ada dua kakak adik perempuan yang nampak akrab dan penuh kasih sayang. Keduanya asyik membuat pesawat dari kertas, lalu menerbangkannya.
Ketika ayahnya tiba membawa sesuatu lalu mencobakan sepatu indah ke kaki si kakak, si Ibu mulai curiga. Ia meminta anak-anaknya ke kamar dan di ruang tersebut ia dan si ayah nampak bersitegang. Ada sesuatu yang akan terjadi pada keluarga tersebut.
Dua kakak beradik itu adalah Pari dan Mehr. Pari baru berusia 14 tahun dan adiknya masih enam tahun. Mehr kemudian melihat si ibu masuk kamar dan menghias tangan kakaknya.
Si kakak kemudian tampil cantik dengan baju yang indah dan aneka aksesoris menawan. Tapi sorot matanya begitu sedih. Ia nampak susah dan nelangsa. Apalagi ketika kemudian calon suaminya menjemputnya. Seorang pria yang sudah tua, lebih pantas jadi ayahnya.
Mehr juga ikut merasa sedih melihat kakaknya. Mimpi kakaknya menjadi pilot pun usai. Ia tak akan bisa lagi menggapai impiannya.
Film animasi 15 menitan yang dibesut sutradara asal Pakistan bernama Sharmeen Obaid-Chinoy ini merefleksikan kondisi di beberapa tempat di Pakistan yang masih tidak bersahabat dengan nasib perempuan. Pernikahan dini masih marak terjadi. Orang tua malah biasanya mendukung kebiasaan itu terjadi. Kasihan para anak-anak perempuan yang dipaksa melupakan mimpi-mimpi mereka.
Memang film ini berlatar tahun 1970-an di Lahore, Pakistan. Tapi kebiasaan ini masih jamak terjadi. Di penjuru dunia setiap tahunnya ada sekitar 12 juta anak perempuan yang dipaksa melangsungkan pernikahan dini.
Film animasi yang tayang pada Maret 2020 ini berhasil meraih penghargaan pada Los Angeles Animation Festival 2019 untuk kategori Best Produced Screenplay, Best Music Score dan the Humanitarian Award.
Film ini digambarkan tanpa dialog. Warna-warni dalam film terlihat di awal. Lalu warna berubah menjadi sepia, lebih redup dan nuansanya muram ketika adegan berganti ke pernikahan. Grafisnya cukup detail dan kultur Pakistannya terlihat di sini.
Beruntunglah kita di negeri ini perempuan bisa bebas bermimpi. Pernikahan dini umumnya lebih banyak perempuan yang rugi, bukan hanya soal mimpi yang pergi tapi juga kesehatan rohani dan fisik.