Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Judul Film Indonesia Pentingkah Menggunakan Bahasa Indonesia?

Diperbarui: 22 Juli 2020   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seandainya judulnya berbahasa Indonesia kira-kira filmnya laris jugakah? (Sumber: grid.id)


Sebenarnya penting tidak sih menggunakan judul bahasa Indonesia untuk sebuah film layar lebar? Ini dulu sempat jadi bahan diskusi santai di kalangan Komiker. Melihat puluhan film Indonesia yang menggunakan bahasa Inggris sejak tahun 2000-an memang pertanyaan ini bisa jadi relevan. Benarkah film berbahasa Inggris atau bahasa asing lainnya lebih menarik?

Jawabannya, entahlah. Sepertinya belum ada penelitian yang membahas tentang masalah judul tersebut. Atau mungkin sudah ada dan aku serta lainnya belum mengetahuinya.

Ini diskusi santai. Artikelnya juga pendek. Aku tergerak menulisnya setelah menyaksikan film Indonesia tadi malam yang diputar di TVRI. Judulnya "Summer Breeze". Film ini dirilis tahun 2018 dan dibintangi oleh Chelsea Olivia dan si kembar Marcel-Mischa Chandrawinata.

Sejak tahun 2000-an jika dicermati ada sejumlah film Indonesia menggunakan bahasa Inggris. Film-film tersebut di antaranya "Jakarta Project", "Eiffel ...I'm in Love", "Homeland", "Joni Be Brave", "The Soul", "Angel's Cry", "Issue", "Bad Wolves", "Mirror", "Missing", "Me vs High Heels", "Heart", "D'Girlz Begins", "Bali Forever", "Get Married", "Jakarta Undercover", "Long Road to Heaven", "The Wall", "The Butterfly", "The Photograph", "Quickie Express", "Medley", "Oh Baby", "Bestfriend?", "Drop Out" dan masih banyak lagi.

Jika dibahasaIndonesiakan mungkin produsernya belum menemukan judul yang pas. Memang sih ada beberapa yang agak sulit dicarikan padanannya yang diksinya menarik. "Drop Out", misalnya. "Dipecat dari Sekolah"? atau "Keluar"?

Atau memang karena judul berbahasa Inggris kadang-kadang lebih singkat dan berdaya magnet daripada judul bahasa Indonesia. "Get Married", misalnya. Diganti "Menikah" bisa jadi kurang asyik di telinga.

Bagaimana jika ada dua judul. Satu berbahasa Indonesia untuk pasar dalam negeri dan satunya berbahasa Inggris untuk pasar mancanegara. Ini seperti film Jepang rata-rata yang menggunakan dua judul. "Kimi no Na wa" alias "Your Name", misalnya.

Sebenarnya konsep dua judul ini menarik. Rata-rata film Indonesia yang juga tayang di festival atau diedarkan di luar negeri juga memiliki judul internasional. "Pengabdi Setan" versi remake, misalnya. Ia punya beberapa judul berbeda ketika tayang di luar negeri. "Satan' Slaves sebagai judul internasional. Kemudian juga ada judul ala Polandia "Sludzy Diabla" dan ala Spanyol "Los Huerfanos".

Tentang apakah ada kaitan antara judul film berbahasa Inggris dan jumlah penonton, aku belum menemukan penelitian yang membahas relasi keduanya. Di antara film Indonesia yang judulnya berbahasa Inggris, yang laris manis di antaranya "Eiffel..I'm in Love", "Get Married", dan "Heart". Banyak di antaranya yang kurang populer dan bahkan ada yang hanya beberapa hari tayang di bioskop.

Bagaimana jika judulnya menggunakan bahasa daerah? Seperti "Yowis Ben" dan "Turah". Menurutku ini malah menarik dan menjual karena bikin penasaran. Bahasa daerah juga merupakan kekayaan budaya Indonesia sehingga menurutku malah hal seperti ini ikut mengenalkan bahasa daerah.

Nah, kalau menurut Kompasianer perlukah judul film Indonesia untuk bioskop berbahasa Indonesia?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline