Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

17 Hari Rehat Nulis di Kompasiana

Diperbarui: 18 Juli 2020   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rehat di K banyak membaca (dokpri)

Terhitung sudah 17 hari aku tak menulis di Kompasiana. Pertama karena ada rasa kekecewaan ketika Kompasiana meluncurkan akun berbayar. Dan kedua, memang karena ada kesibukan terkait studi dan pekerjaan. Ada sesuatu yang kurang rasanya setelah selama hampir setahun lebih aku hampir selalu menulis tiap harinya.

Ya, aku agak kecewa dengan Kompasiana yang sering kusingkat menjadi K. Entah kenapa filosofi lahirnya K yang kuketahui dengan K yang ada sekarang telah mulai bergeser.

Aku mulai memberanikan diri menulis di K tahun 2013, setelah sejak 2010 hanya menjadi pembaca. Saat itu aku merasa kagum dengan semangat pendirinya yang menyebut K sebagai rumah warga.

Ya seperti rumah dan keluarga, aku kemudian tumbuh bersama K. Aku yang awalnya lebih suka menulis saja, kemudian mulai membuka diri dan terlibat di berbagai acara K. Ikut acara komunitas ini dan itu, ikut nangkring di sini dan di situ, hingga kemudian aktif menjadi pengelola di salah satu komunitas di Kompasiana.

Antara aku dan kompasianer lainnya kemudian tumbuh rasa pertemanan, kami bisa saling bercanda, berdebat, dan mengadakan acara bersama. Rekan pengelola KOMiK seperti Yogi, Noval, Maidy, dan Linda sudah kuanggap seperti adikku. Mba Muthiah, Khairunissa, dan mba Windu sudah kuanggap seperti sepupu.

K seperti rumah ketiga bagiku, di luar rumah yang nyata dan rumah di lingkungan pekerjaan. Ia menjadi penampung ketika penat belajar dan bekerja. Ia sisi yang menghibur, setelah berkutat dengan jurnal dan analisa kebutuhan klien yang memeras energi dan otak.

Meskipun dua tahun terakhir K semakin banyak diisi iklan tak rapi dan pembaca makin sedikit, sebagian dari kami tetap rajin menulis. Kami masih tetap beraktivitas dengan ide-ide unik seperti membuat majalah film, lomba naskah film, hingga rencana-rencana lainnya masih berkaitan dengan film yang menarik.

Bagian yang membuat lega ketika selesai meluncurkan majalah film edisi bulan itu dan ada yang berkomentar di Twitter atau lainnya, merasa senang tulisannya dimuat. Rasanya mata pedih dan bahu pegal ketika proses mengerjakan majalah menjadi terbayar.

Tapi ketika K mengumumkan meluncurkan akun premium, aku sungguh terpukul. Ya memang penulis dan pembaca bisa memilih antara versi gratisan dan berbayar, tapi tetap rasa kecewa itu belum berlalu.

Meskipun login K kadang-kadang masih suka gagal, iklan banyak, dan pembaca hanya belasan, aku masih tak begitu kecewa. Sudah biasa. Ketika laman K dibagi-bagi menjadi halaman demi halaman dan makin berat, kadar kecewaku makin berat, tapi aku masih setia.

Ketika klien yang biasa mengundang nobar KOMiK mulai menurunkan jumlah kuota, aku mulai merasa ada apa-apa. Ketika pembaca mengeluh makin susah dan terbeban membaca di K, aku tahu apa-apanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline