Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Lebaran Kali Ini Bakal Jadi Cerita Menarik Suatu Hari

Diperbarui: 24 Mei 2020   18:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Para generasi masa depan, apakah Kalian ingin dengar sebuah cerita? Kisah ini terjadi pada masa Ramadan dan lebaran ketika terjadi sebuah pandemi. Masa-masa itu terjadi sebuah kondisi luar biasa. Kondisi yang tak umum sehingga membuat suasana Ramadan dan lebaran kali itu sungguh berbeda.

Indonesia umumnya dikenal memiliki tradisi yang khas selama jelang dan masa lebaran. Tradisi mudik dan halal-bihalal umum mewarnai masa hari raya Idul Fitri. Sebelumnya juga biasanya ada takbir keliling.

Fenomena mudik saat lebaran adalah hal yang menarik. Oleh karena pulang ke kampung halaman demi merayakan lebaran bersama keluarga besar hanya terjadi di Indonesia.

Lebaran tahun ini kami di rumah saja. Begitu juga dengan sebagian besar warga yang berada di zona merah. Biasanya kami pergi ke rumah orang tua di Malang atau di Subang. Tapi kali ini kami harus puas untuk tetap di rumah.

Kalau aku sih sebenarnya merasa biasa-biasa saja. Sedih, tapi juga tidak terlalu sedih karena aku hanya berlebaran dengan orang tua kandung di Malang rata-rata dua tahun sekali sejak menikah.

Pasanganlah yang lebih merasa 'tersiksa'. Ia sosok yang lebih suka merayakan lebaran secara beramai-ramai dengan keluarga besar. Akhirnya kami pun coba untuk membuat tradisi sendiri untuk merayakan lebaran di rumah.

Bersih- bersih dan Memasak Berdua untuk Menu Lebaran
Siang hari H-1 lebaran kami pun bersih-bersih rumah. Meski tidak mudik kami tetap menjalankan tradisi bersih-bersih Kami mengepel dan membersihkan halaman, kemudian mencuci pakaian. Mungkin karena gelisah melihat aku mondar-mandir, si Mungil memindahkan anak-anak kucingnya lagi, kali ini di kolong rak yang gelap .

Kami kemudian merebus daging dan menyiapkan bumbu rendang. Sebenarnya aku tidak begitu suka rendang, pasangan yang suka. Biasanya keluarga besar mereka menyantap rendang, sedangkan keluarga kami ketupat. Akhirnya kami melakukan kompromi untuk membagi jenis masakannya dagingnya.

Tiga perempat daging untuk rendang, sedangkan seperempat daging nanti akan dibuat empal atau dibuat semur. Untuk lebaran kami akan menyantap hidangan istimewa ala kami, rendang daging sapi, terong balado, dan tempe kemul. Ada juga kue dari kantor pasangan yang wajib masuk pada Jumat.

Ya meski lebaran di rumah saja setidaknya ada sesuatu yang cukup istimewa. Siapa tahu nanti kami bisa menciptakan tradisi sendiri untuk keluarga kecil kami pada masa depan.

Lebaran Seperti Hari-hari Biasa
Bunyi takbir dari masjid terus terdengar hingga dini hari sampai aku terlelap. Adanya takbir inilah yang tetap memberikan nuansa jelang lebaran.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline