Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Cerpen | Gadis Terampil dan Kucing Mungil

Diperbarui: 20 Oktober 2019   21:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis terampil dan kucing (ilustrasi: pixabay)

Gadis terampil baru selesai mengikuti kuliah. Ia kemudian bergegas pulang. Ibu pasti perlu bantuan. Hingga senja tiba ia baru selesai bekerja.

Gadis terampil itu cekatan. Ia juga pandai memasak. Setiba di rumah, ia mengenakan celemek kemudian menuju dapur warung yang terletak di sebelah rumahnya. Jam-jam seperti ini pembeli masih banyak dan biasanya masakan yang di siapkan ibu pada pagi sudah habis.

Ibu menyambutnya. Gadis terampil sudah tahu tugasnya. Ia akan mengiris bahan masakan dan bumbu-bumbu, lalu menghaluskannya. Ia akan membuat sayur tumis telur puyuh juga semur tahu dan daging. Kedua masakan ini banyak penggemarnya. Banyak pembeli yang juga membawanya pulang.

Sebagai menu tambahan, gadis terampil akan membuat tahu isi sayuran dan tahu isi udang yang digoreng dan dikukus. Dua varian. Ada yang suka makanan digoreng dan makanan yang dikukus.

Usai memasak, gadis terampil merasa lelah dan lapar. Ia pun beristirahat dan makan siang. Keringatnya sudah membasahi kausnya. Dapur memang begitu panas. Kasihan ibu yang saban hari seperti ini.

Gadis terampil lalu menggantikan ibunya melayani pembeli. Ibunya juga pasti lapar dan ingin istirahat. Ibu juga akan memeriksa adik-adiknya apakah kedua adiknya sudah makan sebelum mereka nanti sore mengaji.

Sore menjelang. Kedua adiknya sudah mandi dan terlihat segar. Keduanya siap mengaji. Gadis terampil membalas lambaian tangan mereka. Ia pun merapikan meja dan membantu ibu mencuci piring. Jam-jam segini biasanya pembeli sudah tak banyak.

Sambil menunggu pembeli gadis terampil duduk di bangku depan warung. Pandangannya lalu tertuju pada seekor kucing. Kucing itu masih begitu mungil. Warnanya putih dan bulunya tebal. Ia jadi seperti gumpalan bulu.

Gadis terampil memerhatikannya. Ia melihat ke sana ke mari. Siapa tahu ada induknya. Tapi ia tak kunjung melihatnya. Wah kasihan si kucing mungil itu.

Gadis terampil melihat isi etalasenya. Ada ikan kembung goreng. Si kucing mungil mungkin lapar. Ia mengambilnya dan memisahkan dagingnya dengan durinya. Rupanya benar si kucing mungil itu lapar. Kasihan.

Mendekati Maghrib, warung makan itu tutup. Keduanya juga perlu beristirahat. Gadis terampil membereskan makanan di etalase lalu menutup pintu warung. Ia melihat di bawah bangku depan warung si kucing mungil meringkuk. Ia sepertinya kedinginan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline