Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Menjamurnya Kedai Kopi Kekinian, Tren yang Menguntungkan

Diperbarui: 13 Oktober 2019   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi susu semakin mudah dijumpai dan bisa dipesan secara daring (dokpri)

Keponakanku langsung berteriak "Aku juga mau" ketika ibunya alias kakak perempuanku hendak memesan kopi susu hits di sebuah kedai kopi kekinian yang baru buka. Aku tersenyum mendapati minuman kopi kini banyak mendapat tempat di hati dari berbagai kalangan. Jika dulunya peminum kopi rata-rata bapak-bapak dan kakek-nenek, kini penggandrung kopi bisa siapa saja, tua muda, pria dan wanita.

Entah sejak kapan kedai kopi mulai tren di Indonesia, terutama di kota-kota besar. Mungkin sejak film "Filosofi Kopi" tayang pada tahun 2015? Sejak itu aku melihat kedai kopi mulai banyak bermunculan dan smakin menjamur sejak setahun belakangan ini. Mereka menyebutnya tren kopi kekinian.

Dulu kopi hanya ditemui di warung-warung kopi sederhana dan juga di warteg. Sajiannya kopi hitam yang kental atau yang biasa disebut kopi tubruk. Pengunjung juga bisa memesan kopi susu yang biasanya rasanya begitu manis karena susunya jenis susu kental manis. 

Di beberapa warung di Yogya juga umum disajikan kopi dengan arang yang menyala yang disebut kopi jozz. Rasanya agak mirip dengan kopi tubruk.

Kopi Aceh bisa disajikan dengan atau tanpa susu (dokpri)


Tradisi menyeruput kopi kualami ketika bertandang ke negeri Serambi Mekah. Di sini masyarakatnya begitu menggandrungi kopi. Mereka betah mengobrol di kedai-kedai kopi baik pagi atau petang hingga kadang-kadang terlambat masuk kantor.

Demikian pula dengan masyarakat Jambi, mereka juga gemar ngopi. Juga banyak kedai-kedai kopi sederhana yang menyajikan kopi hitam khas daerah tersebut. Ada yang menyebutnya kopi Cina, tapi aku lupa bertanya alasan pemberian nama tersebut.

Kopi modern dengan tempat yang cozy dan pilihan rasa yang beragam kukenal kali pertama adalah Excelso di Surabaya. Saat itu aku masih SMP dan bibiku menraktir keponakan-keponakannya dengan kopi. Aku bingung memilih mana sajian perpaduan kopi dan susu yang paling enak. Dari situ aku baru tahu ada banyak sajian kopi.

Dulu sempat tren kopi yang krimnya dibentuk sesuai keinginan konsumen (dokpri)


Baru setelah bekerja aku mengenal Starbucks. Kopinya juga memiliki menu yang beragam yang kerap membuatku gundah, memilih A atau B. Hanya setelah menuju ke kedai kopi ini aku merasa harus berhemat beberapa hari ke depan karena harganya yang tak murah.

Era Kopi Kekinian dengan Harga yang Lebih Terjangkau
Kini kedai kopi menjadi tempat yang hits di kalangan milenial. Di sekitaran jalan Akses UI begitu banyak kedai kopi baru dan rata-rata laris manis, karena mereka juga menggunakan jasa daring untuk berpromosi.

Yang menyenangkan aneka minuman kopi ini mengalami evolusi baik dari segi menu maupun harga. Sajian kopi dan perpaduannya beragam dan makin kreatif.

Kini bukan hanya susu dan es krim sebagai perpaduan minuman kopi. Kombinasi kopi juga bisa dari gula aren, gula cokelat (brown sugar), dan gula merah. Kemudian kopi juga bisa dipadukan dengan santan, alpukat, pisang, hazelnut, bubuk cokelat, dan masih banyak lagi. Asyiknya lagi harga seporsi minuman kopi itu juga beragam bergantung targetnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline