Dari sebuah tahu bisa diolah menjadi beragam masakan yang mengundang selera. Di Jawa Timur beragam rupa olahan tahu, dari tahu lontong, tahu telur, tahu campur, tahu petis, tahu bakso, bakso tahu, hingga kembang tahu kuah jahe. Rupanya tahu yang selintas nampak seperti bahan makanan sederhana ini jika diolah akan lebih menjual.
Malam hari seusai matahari terbenam, asyiknya jajan. Karena temanya liburan maka tak apa-apalah menyantap sesuatu yang agak berat pada malam.
Kawasan jalan Kaliurang dan Pasar Tawangmangu salah satu pusat kuliner di kota Malang. Di sini juga ada beberapa penginapan kelas hemat.
Malam hari cuaca di kota Malang cerah. Hujan belum mengguyur lagi sejak beberapa hari silam. Hawa saat kemarau malah jadi lebih sejuk sehingga enak untuk berkeliling dengan jalan kaki.
Rute pertama adalah tahu petis. Penjualnya adalah sepasang suami istri yang sudah lanjut usia tapi masih penuh semangat. Sambil menunggu pesanan kami disiapkan, si bapak menawarkan kami untuk mencicipi tahu gorengnya yang berada di wadah anyaman.
Tahunya besarnya lebih sedikit dari rata-rata. Dari luar warnanya kuning kecokelatan. Dalamnya lembut dan lembap. Ia menaburkan sedikit garam di permukaan tahu tersebut agar sedikit asin.
Tahu ini pas dicocol dengan petis yang gurih dan sedikit manis. Alternatif lainnya disantap dengan cabe rawit.
Sepotong tahu dihargai seribu rupiah. Jika beli agak banyak biasanya diberi bonus. Sambil meniriskan tahu yang baru matang, si bapak bercerita jika tahu-tahunya itu dibuatnya sendiri. Ia melakukan beberapa kali percobaan sebelum menemukan tekstur tahu yang menurutnya pas.
Tahu goreng hangat-hangat dicocol petis hitam. Jajanan murah yang sedap.
Tak jauh dari tahu petis, terdapat penjual tahu campur. Ini adalah masakan kesukaanku. Jika pulang kampung aku suka mencarinya. Biasanya ada penjual keliling sekitar jam tigaan.
Tahu campur dari pedagang keliling lebih murah. Sekitar Rp 8-10 ribu. Tapi kemarin aku tak menjumpainya. Tak apa-apalah, aku ingin mencobai versi pedagang di sekitar Pasar Tawangmangu.