Sore hari selepas Ashar waktu yang pas buat rumpi-rumpi sejenak, melepas penat sebelum kembali bekerja. Biasanya ada saja yang jadi bahan obrolan. Suatu ketika kami membahas cara mendapatkan uang muka membeli rumah serta dana buat renovasi rumah. Ada berbagai sumber dana utang yang kami jadikan pertimbangan. Aku dan seorang kawanku sepakat pinjam duit ke ortu solusi yang cepat dan menguntungkan.
Kawanku merasakan keuntungan meminjam dana ke orang tua untuk membiayai uang muka pembelian rumah. Biasanua uang muka berkisar 20-30 persen dari harga penjualan rumah. Apabila rumahnya Rp 500 juta maka uang mukanya minimal Rp 100 juta. Nilai yang cukup besar. Ia pun meminjam sekian persen ke orang tua. Kata dia bayarnya tiap bulan bisa diangsur sesuai kemampuan dan tanpa bungam.
Biaya membeli rumah itu mwmang sangat besar. Di antara pembelian barang yang pernah kulakukan, membeli rumah adalah pengeluaran yang terbesar. Meskipun biayanya dipukul bareng dengan pasangan, tetap nilainya jauh di atas tabungan.
Ya mau tak mau kami harus berutang. Pemiliknya ingin segera melepas rumah. Pengincar rumahnya banyak. Mungkin karena kasihan melihat kami berdua maka ia pun setuju kami menjadi calon pemiliknya asal kami segera memberikan uang tanda jadi malam itu. Waduh dananya tak siap, maka aku pun meminta tolong ke kakak. Untunglah kakak sedang ada dana berlebih. Maka aku pun bernjanji untuk melunasinya minggu depan.
Setelah tanda jadi siap maka kami diberikan satu bulan untuk melunasi rumah. Astaga.
Setelah melunasi utang ke kakak sesuai janji maka kemudian kami berjibaku mengurus persyaratan kredit kepemilikan rumah. Uang tabungan kami berdua tak cukup apabila membayar kontan.
Proses mengurus KPR cukup lama. Aku deg-degan rumah tersebut bakal melayang. Padahal aku sudah jatuh hati kepadanya. Rumah mungil dengan halaman lapang.
Sambil menunggu aku pun menjual simpanan emas yang kumiliki. Akhirnya seluruh barang berharga sudah berubah menjadi uang, tapi tetap belum terkumpul seratus persen. Tenggat waktu semakin dekat.
Ya, akhirnya dengan terpaksa aku pun meminjam dana ke orang tua. Orang tua punya dana tak banyak tapi dengan dana pinjaman tersebut maka aku bisa mengajukan kredit tanpa agunan yang nilainya tak sebesar apabila aku hendak mengajukan KPR.
Akhirnya memang proses KPR melebihi tenggat. Tapi kami telah bernafas lega. Rumah itu akhirnya resmi menjadi milik kami berdua. Kami memiliki dua jalur utang, pinjam ke orang tua dan lewat KTA. Kami beruntung dengan meminjam ke orang tua maka kami tak perlu membayar bunga. Sedangkan saat pinjam ke KTA, bank yang menawarkan sedang mengadakan promo yang lumayan sehingga besaran cicilannya tak jauh beda dengan apabila kami menggunakan jasa KPR.
Dua tahun kemudian pinjaman ke orang tua pun lunas. Kami sangat berterima kasih ke mereka. Tiga tahun berikutnya angsuran KTA juga selesai. Total lima tahun kami mengangsur rumah. Ini berkat dana pinjaman orang tua.