Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Film Anak Masih Terbatas Padahal Potensinya Besar

Diperbarui: 23 Juli 2019   09:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Laskar Pelangi salah satu film anak yang sukses (dok. Tribunnews)

"Petualangan Sherina" dan "Laskar Pelangi" dua di antara film anak-anak yang sukses. Mereka menarik dari sisi cerita dan sekaligus memiliki pesan moral. Sayangnya jumlah film anak terbatas dan tipikal pada masa sekarang. Padahal potensi film anak dari sisi pemasaran dan kebutuhan itu besar.

Menonton film di bioskop saat ini masih menjadi gaya hidup masyarakat perkotaan. Setiap akhir pekan bioskop-bioskop sarat penonton, baik yang datang sendiri, berpasangan maupun yang bersama-sama keluarga. Banyak di antara orang tua yang mengajak anaknya menonton, dengan melalaikan rating film tersebut.

Aku beberapa kali memperhatikan anak-anak yang 'terpaksa' ikut menemani orang tuanya menonton. Waktu itu aku menonton "Ninja Assasin" yang sarat adegan berdarah-darah. Pada saat adegannya pertarungan yang brutal beberapa anak balita menangis, bersahut-sahutan. Wajar sih, mereka takut. Aku saja memalingkan wajah karena juga tidak tahan.

Adapula yang mengajak putra-putrinya menonton horor dewasa. Hasilnya tak jauh beda. Mereka pun harus keluar lebih dulu karena anak-anak ketakutan. Bisa jadi malamnya mereka mimpi buruk.

Film-film superhero seperti Avengers dan X-Men juga sebenarnya bukan film anak-anak balita dan anak SD. Ya, di tengah-tengah film mereka bosan. Ada yang lompat-lompat di tangga di sela-sela bangku penonton. Ada pula yang merajuk.

Kasihan mereka. Anak-anak Indonesia masih kekurangan film anak-anak yang berkualitas.

Film Denias banyak disanjung sineas manca (dok. Asiascreenawards)


Jumlah film anak di negeri ini memang terbatas. Menurut Mira Lesmana seperti dilansir Kapanlagi (Feb, 2018) hanya ada sekitar 15 film anak Indonesia sepanjang tahun 2008-2018. Itu berarti rata-rata hanya ada 1-2 film anak pertahunnya.

Pada tahun 2019 film anak juga bisa dihitung dengan jari. Baru ada "Koki-Koki Cilik 2", "Rumah Merah Putih", "Iqro My Universe", dan "Anak Hoki". Ada juga film horor dengan tokoh anak seperti "Mati Anak" dan "Kuntilanak 2". Sedangkan "Doremi and You" lebih pas untuk remaja.

Jika jumlah film anak yang diproduksi setiap tahunnya kurang dari 10 buah, maka apabila dibandingkan dengan jumlah total film Indonesia rata-rata yang diproduksi tiap tahunnya maka persentasenya tak seberapa. Film Indonesia tiap tahunnya berkisar di atas angka 100 buah. Maka persentase film anak tidak sampai 10 persennya.

Jumlah film anak yang terbatas ini jelas menjadi pekerjaan rumah bagi para sineas perfilman. Apabila dibandingkan pada jaman dulu, sebelum tahun 1990-an maka jumlah film anak bisa dikatakan lebih banyak. Pemeran anak populer masa itu di antaranya Adi Bing Slamet, Faradilla Sandimy, Yoan Tanamal, Yan Cherry, Sheren Regina Dau, Septian Dwi Cahyo, Ria Irawan, Rano Karno, dan Ajeng Triani Sardi. Film-film anak beken di antaranya "Yoan", "Arie Hanggara", "Rio Anakku", dan "Si Badung".

Jika melihat film Hollywood maka jumlah film anak cukup banyak dan ceritanya variatif. Tidak hanya berpusat pada realita dan cerita sehari-hari tapi juga cerita yang kaya imajinasi. Ada yang berupa animasi dengan kisah dongeng yang indah, humor lucu, juga kisah-kisah binatang. Tentunya humornya disesuaikan dan demikian pula pilihan bahasanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline