Buat apa ikut arisan, mending duitnya ditabung, diinvestasikan, atau buat modal usaha? Aku waktu mendengar saran dari perencana keuangan itu spontan mengangguk-angguk. Benar juga sih, arisan tidak dapat profit apa-apa, apalagi jika dapatnya paling belakangan. Tapi ada sesuatu yang bikin arisan masih bermakna.
Aku mengenal arisan gara-gara sering menemani ibu datang ke arisan RT. Waktu itu masih baru masuk TK, ibu kadang-kadang mengajakku. Di sana memang ada banyak peserta yang juga mengajak anaknya, sehingga kami pun asyik bermain, sementara ibu-ibu sibuk dengan kegiatannya.
Biasanya arisan jaman itu diawali dengan menyanyikan lagu, semacam mars dasawisma atau entahlah aku lupa. Baru kemudian pengumuman-pengumuman. Setelah itu menginjak inti acara yaitu mengocok dadu dalam cangkir dan alasnya. Yang angkanya paling besar yang menang. Ia akan jadi tuan rumah berikutnya dan mendapatkan uang arisan. Acara diakhiri dengan doa dan pembagian kue dalam dus.
Ibu aktif sekali ikut arisan. Ada PKK juga arisan RW. Rumah kami seringkali jadi tuan rumah, baik arisan ibu-ibu maupun arisan bapak-bapak. Belum lagi arisan keluarga besar. Rasanya hampir tiap beberapa minggu sekali kami ketempatan. Aku membantu ibu menata kursi dan menyiapkan hidangan berupa kue-kue dan minuman.
Aku tak tahu apakah ibu masih aktif berarisan di lingkungan tempat tinggal. Yang kutahu masih aktif hanya arisa keluarga.
Setelah Dewasa, Giliranku Mulai Berarisan
Aku mengenal arisan sejak bekerja. Waktu itu uang arisannya lumayan besar sehingga aku patungan dengan kawanku. Setiap kali kami dapat uang, misal dari bonus atau uang baju, maka selalu ada dua kocokan untuk dua pemenang. Tak terasa putaran pertama pun berakhir, sekitar setahunan. Aku dan kawanku sayangnya mendapatkan giliran terakhir. Tapi aku tak begitu kecewa karena nilainya lumayan besar, sehingga bisa kubuat untuk membuka deposito.
Waktu aku menikah dan menetap maka aku pun resmi ikut arisan ibu-ibu di lingkungan RT. Arisannya bulanan dan nilainya tidak begitu besar. Periode satu putaran cukup lama yaitu sekitar tiga tahunan.
Uniknya di arisan RT ini tidak semuanya mau mendapatkan giliran pertama. Malah banyak yang enggan mengajukan diri untuk dapat arisan. Ada banyak alasannya, sibuk, keluar kota, rumah renovasi, dan sebagainya. Akhirnya jarang terjadi pemenang arisan berdasarkan kocokan, melainkan kesepakatan.
Arisan RT ini menurutku benar-benar tidak menguntungkan dari sisi profit. Selain nilainya yang kecil dan juga periodenya yang begitu lama, tiga tahunan, juga ada biaya konsumsi yang besarannya lumayan.
Tapi...ya ada tapinya.
Arisan ini bisa menguntungkan atau tidak bisa dipandang dari berbagai perspektif. Jika melihatnya dari sisi profit maka jelas kurang menguntungkan. Misalnya besaran arisan Rp 300 ribu. Selama setahun maka ia mendapat uang arisan sebesar Rp 3,6 juta. Apabila dana tersebut ditaruh di reksadana maka nilainya bisa mencapai hampir Rp 4 juta.