Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Memakamkan Kucing, Menghormati Ciptaan Tuhan

Diperbarui: 1 Juli 2019   19:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dulu aku begitu sedih ketika memakamkan Pwan (dokpri)

Di bawah pohon mangga itu entah sudah berapa jenazah kucing yang bersemayam di sekitarnya. Aku lupa menghitungnya. Belum lagi tikus yang tewas dan ikut dimakamkan oleh pasangan. Yang terakhir ini aku sempat bertanya-tanya, kenapa tikus ikut dimakamkan. Pasangan menjawab singkat, tikus juga makhluk ciptaan Tuhan.

Petang, beberapa saat sebelum adzan Maghrib, aku menggali tanah. Pasangan pulang malam sehingga aku menggantikan tugasnya untuk menggali dan menguburkan mayat kucing. Ada tiga anak kucing yang meninggal dan sepertinya ia sudah tak bernyawa beberapa jam sebelumnya.

Adalah si Kecil, kucing betina yang perawakannya kecil dan kurus. Ia suka muncul di halaman rumah dan kadang-kadang ikut masuk ke dalam rumah, bermain bersama Nero dan Mungil.

Usianya sudah dua tahunan tapi badannya seolah-olah sudah berhenti tumbuh. Mungil sudah mengalahkannya dalam ukuran dan bobot tubuhnya sehingga aku menyakinkan si Mungil ia saat ini lebih pas dipanggil Ponoc daripada si Mungil.

Aku baru tahu si Kecil hamil ketika perutnya mulai nampak membuncit. Aku agak merasa was-was karena perawakannya sepertinya kurang ideal untuk hamil. Ketika kemarin sore akhirnya ia melahirkan aku merasa lega dan bersyukur.

Tapi ternyata ia tak siap menjadi seekor induk kucing. Ia mengabaikan anaknya. Kupikir ia akan terketuk hatinya dan kemudian memberikan air susu ke anak-anaknya. Tapi ternyata tidak. Ketika aku berangkat kerja, anak kucing itu nampak lemah dan aku mulai memikirkan cara untuk menolongnya.

Dulu juga pernah ada kejadian yang serupa. Anak-anak Nori. Ia juga ditinggalkan induknya. Aku coba membantunya dengan memberi susu campur mentega seperti yang kubaca di forum kucing. Aku memberinya makan dengan pipet. Sayangnya tak berhasil.

Kedua anak kucing itu terbujur kaki. Di sekelilingnya sudah banyak semut. Aku mencangkul tanah di dekat pohon mangga.

Aku tak pandai menggali. Belum begitu dalam. Tanahnya cukup keras. Aku merasa sedih ketika menguburkan mereka. Rupanya bukan hanya dua, melainkan tiga anak kucing. Tali pusarnya masih menempel. Kasihan mereka. Hanya beberapa jam mereka tiba di dunia.

Pasangan yang mengenalkanku untuk memakamkan hewan peliharaan. Dulu kucingku banyak yang hilang dibandingkan yang meninggal, sehingga aku tak ingat apakah nenek atau kakak juga memakamkan kucing kami di halaman rumah.

Banyak kucing yang dimakamkan di halaman rumah itu yang tak kukenal. Sebagian besar kucing liar atau anak kucing yang meninggal di halaman rumah. Halaman rumah kami memang lumayan sering jadi tempat persinggahan kucing-kucing

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline