Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Film Remaja Indonesia Masih Tak Jauh-Jauh dari Percintaan

Diperbarui: 21 Februari 2019   16:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

FIlm remaja Indonesia masih dominan berupa percintaan (sumber:cewekbanget.grid)

 

Kesuksesan film Ada Apa dengan Cinta? pada tahun 2002 membuat banyak rumah produksi yang tertarik membuat film sejenis. Prediksi mereka tepat, genre ini memiliki banyak peminat. Setelah drama romansa Rangga-Cinta, maka kemudian booming-lah pasangan Tita-Adit (Eiffel I'm in Love), Karra-Ibel (Dealova), Nathan-Salma (Dear Nathan), dan yang teranyar pasangan Dilan-Milea (Dilan 1990).  Lantas apakah film remaja tak bisa jauh-jauh dari percintaan?

Drama percintaan remaja memang rata-rata pandai mengaduk-aduk emosi. Apalagi jika si penonton memiliki kisah yang mirip-mirip. Wah bapernya bisa menjadi-jadi. Apalagi jika pemerannya tampan dan cantik. Usai menonton bisa berimajinasi menjadi tokoh dalam film.  

Aku sendiri meskipun sudah bukan usia remaja kadang-kadang masih suka menonton film remaja. Selain AADC, drama remaja yang kusukai itu Posesif. Ceritanya tetap berpusat pada percintaan tetapi lebih gelap, tentang seseorang yang mencintai seseorang secara berlebihan hingga mengancam pasangannya.

Posesif membahas tentang cinta yang berlebihan (sumber: teen.co.id)

Namun entah kenapa saya mulai agak bosan dengan formula drama remaja percintaan yang rata-rata tayang di layar lebar.  Ceritanya kalau tidak tentang cinta tak sampai, hubungan percintaan antara sosok populer dan yang biasa, atau antara remaja yang berandalan dan  sosok yang alim. Unsur yang ditonjolkan juga masih dominan hal-hal yang bersifat hedonis, seperti tokohnya yang digambarkan begitu mudahnya jalan-jalan ke luar negeri.

Horor Remaja Juga Mulai Marak

Selain genre percintaan, genre lainnya yang makin populer dengan tokoh utama remaja yakni genre horor. Sejak awal tahun 2000-an film remaja horor mulai populer, dimulai dari Jelangkung (2001), Di Sini ada Setan (2004), Mirror (2005), Hantu Jeruk Purut (2006), dan sebagainya. Genre horor remaja ini kembali marak setelah kesuksesan Danur (2017). Namun sayangnya horor remaja ini formulanya semakin ke sini juga mirip-mirip. Rata-rata cerita berkisar tentang keisengan para remaja ke tempat berhantu, Karena ulah iseng dan kecerobohan mereka tersebut maka ruh jahat pun membalas dendam.

Horor Jelangkung dulu populer dan menandai kebangkitanan horor Indonesia (sumber: kapanlagi Plus)

Genre Remaja Masih Kurang Variatif

Melihat film yang tayang akhir-akhir ini, genre percintaan dan horor masih mendominasi. Genre remaja masih kurang variatif. Awal tahun 2000-an hingga beberapa tahun terakhir genre film remaja masih lumayan variatif. Film remaja yang juga enak ditonton selain genre percintaan seperti Garasi dengan bumbu musik, Negeri 5 Menara (2012) dengan unsur religi, dan Mengejar Matahari (2004)  dengan dominan kisah persahabatan. Tapi sayangnya beberapa tahun terakhir cenderung monoton dan seolah-olah hanya mengikuti tren. Tren drama remaja percintaan lagi laris ya kemudian muncul film serupa. Film horor sedang diminati masyarakat, akhirnya itu-itu saja yang mendominasi.

Jingga membahas tentang persahabatan antar penyandang disabilitas (sumber:IMDb)

Mudah-mudahan ke depan film remaja tidak berkutat pada genre percintaan dan horor melulu.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline